Pesan damai di malam lailatul qadar menjadi sangat urgen untuk ditransformasikan mengingat saat ini muslim, khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya, lagi bersama-sama menghadapi wabah pandemic covid 19. Bencana corona telah dan mungkin akan berdampak pada setiap sisi kehidupan manusia tidak terlewatkan sisi ekonomi. Kegiatan ekonomi menjadi lesu, penghasilan masyarakat berkurang, bahkan tidak sedikit yang kehilangan sumber-sumber ekonominya.
Jika kondisi demikian tidak disikapi dengan saling menebar kedamaian, maka yang terjadi adalah saling curiga antar satu orang dengan lainnya, dan pada akhirnya akan terjadi tindak destruktif. Tindak destruktif alasan dan atas nama apapun tentu sangat bertentangan dengan spirit salamun dalam surat al-Qadr tersebut. Salam para Malaikat kepada para pencari malam lailatul qadar tidak akan memiki makna ta’abudi jika tidak dibarengi dengan beberapa hal berikut ini;
Pertama, komitmen untuk selalu menebarkan perdamaian sebagaimana hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Bukhari “……maukah kamu kutunjukkan sesuatu, apabila kamu lakukan akan saling mencintai?tebarkanlah salam (perdamaian) di antara kamu…” Dalam surat an-nisa; 86 Allah berfirman”…..apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik daripadanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas segala sesuatu”.
(Baca Juga : Doa Malam Lailatul Qadar, Baca 1.000 Kali)
Kehidupan yang damai adalah kehidupan yang saling mencintai antar anak bangsa, menghormati hak masing-masing tanpa menegasikan yang lain dan menjaga spirit kebersamaan dalam perbedaan serta munculnya kesadaran untuk saling berbagi terlebih dalam suasana pagebluk akibat corona seperti sekarang ini.
Kedua, memahami pesan sentral Alquran yaitu perdamaian. Terdapat korelasi simbolik antara surat al-Qadr yang menjelaskan tentang turunnya Alquran dengan perdamaian. Alquran adalah sumber perdamaian, jalan menuju keselamatan dan ketentraman serta puncak dari kebijaksanaan. Maka sungguh sangat ironis tatkala segelintir orang membuat ulah ketidaknyamanan ditengah-tengah masyarakat yang bertentangan dengan pesan sentral Alquran tersebut (perdamaian).
Kata salam di dalam Alquran terulang sebanyak 146 kali, yang mayoritas kata tersebut bermakna anjuran untuk menebarkan perdamaian. Ketiga, anjuran untuk selalu berdoa mendapatkan keselamatan dan perdamaian. Hal tersebut sebagaimana kebiasaan Nabi Muhammad setelah selesai mengerjakan sholat fardhu selalu membaca do’a “Allahumma antassalam, wa minkassalam, wa ilaika ya ‘udussalam, fahayyina rabbana bissalam, wa adkhilna jannata daarassalam”
Malam lailatul qadar adalah malam turunnya malaikat untuk menebar kedamaian dan mendoakan manusia agar berlimpah ruah karunia di atas bumi Allah ini. Maka tugas manusia selanjutnya berbagi atas kelimpahan karunia tersebut kepada sesame dan menebarkan rasa damai diantara sesamanya sebagai ciri dia mendapatkan keberkahan di malam al-Qadr.
Dr. H. Muhajir, S.Pd.I., MSI
(Dai Ambassador Dompet Dhuafa dan Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
(Muhammad Saifullah )