Maka, mengakui Allah, dimaknai sebagai sikap kita yang senantiasa berada didekat-Nya saat kondisi senang, berterimakasih atas karunia dan nikmat-Nya, serta mampu bersabar dalam kondisi sulit dan menerimanya dengan hati penuh ketulusan.
Seperti yang dikisahkan terdapat tiga orang yang mencari perlindungan di sebuah gua dan terkurung didalamnya. Namun karena perbuatan baik mereka, Allah menyelamatkan mereka dengan memindahkan batu besar yang menghalangi pintu masuk gua. Demikian pula, Allah turut berpesan kepada kita dalam Al-Qur'an tentang apa yang terjadi pada Nabi Yunus ketika dia menemukan dirinya di dalam perut ikan paus. “Seandainya Yunus bukan termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah sebelum apa yang terjadi padanya, dan seandainya bukan karena tasbihnya di perut ikan (QS. 73:143). Niscaya dia akan tinggal di perut ikan hingga hari Kiamat, perut ikan menjadi kuburnya. (QS. 73:144).” (QS. As Saffat [73]:143-144).
Dari cerita inilah, dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa jika kita senantiasa mengingat Allah di masa senang dan sejahtera, maka niscaya Allah juga akan membimbing dan menolong kita di masa-masa sulit nantinya, suatu saat.
Tidak seperti Fir’aun yang mengingkari Allah dengan tidak beriman kepada-Nya, sehingga Allah tidak menyelamatkan saat ia tenggelam meskipun pada saat kejadian itu ia menyatakan imannya kepada Allah secara lisan. Sebagaimana dituliskan dalam Alquran, Surat Yunus ayat 90-92, yang artinya:
“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam, berkatalah dia, "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu, dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (QS. Yunus [10]:90-92)
Kisah Fir’aun telah menjadi gambaran bagi kita sebagai tanda bahwa pertolongan Allah sangat mungkin terjadi bagi mereka yang beriman dan taat kepada-Nya, niscaya Allah akan berada mendampinginya di kala susah. Maka, sudah sepatutnya sebagai orang yang beriman kita mengindahkan pesan-pesan ini sebagaimana telah dijelaskan dalam Alquran sebagai pedoman hidup.
(Salman Mardira)