SEBAGAI makhluk dengan segala kekurangan, kita tidak pernah tahu hikmah di balik ketetapan Allah Subhanahu wa Ta'ala, sekalipun takdir atau ketetapan itu tidak kita sukai. Yang jelas, Allah lebih mengetahui apa yang terbaik untuk kita, sehingga sudah sepatutnya bagi kita berprasangka baik (husnudzon) kepada-Nya.
Menukil dari laman Suara Muhammadiyah, Senin (13/7/2020), hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya 'Ulumuddin Jilid 4 Bab al-Khauf wa al-Raja’ mengisahkan tentang harapan ampunan Ilahi bagi seorang Bani Israil yang disiksa di neraka selama 1.000 tahun.
Ia tak hentinya menjerit memanggil asma Allah. Malaikat Jibril pun diperintahkan Allah membawa orang itu ke hadapan-Nya. Allah Ta'ala pun bertanya: “Bagaimana keadaan tempatmu?“
“Jelek sekali, ya Allah,“ jawabnya.
Seketika itu, Allah pun memerintahkannya kembali masuk ke neraka. Orang itupun berjalan keluar dan tiba-tiba saja berbalik badan. Ia pun kembali ditanya: “Kenapa kau berbalik badan?“.
Sang pendosa lantas menjawab: “Karena aku benar-benar berharap Engkau tak mengembalikanku ke neraka setelah sejenak aku dikeluarkan,“ ujar si pendosa.
Baca juga: Awas, Masuk Makkah Tanpa Izin Selama Musim Haji Didenda Rp38 Juta
Mendengar jawaban itu, Allah kemudian memerintahkan malaikat untuk memasukkannya ke dalam surga. Sebab, ternyata ia masih punya harapan akan rahmat dan ampunan Allah yang maha pengampun lagi maha penyayang. Subhanallah, begitu besarnya faidah berbaik sangka kepada Allah, sekalipun ia seorang pendosa.
Jangan pernah berputus asa terhadap rahmat Allah. Senantiasa yakinlah, bahwa Allah akan menolongmu, dan memberi ketetapan yang terbaik bagi kita. Dari Jabir radhiyallahu anhu bahwsanya dia berkata: Aku mendengar Rasulullah tiga hari sebelum wafatnya beliau bersabda:
لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ
Artinya: “Janganlah seseorang di antara kalian meninggal dunia, kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah,” (HR. Muslim no. 2877).
Berbaik sangka kepada Allah merupakan kenikmatan yang akan menjadi jaminan kebahagiaan hidup seseorang, baik di dunia maupun akhirat. Dalam hadis qudsi dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwasnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
Artinya: ”Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku. Jika ia mengingatku dalam kesendirian, Aku akan mengingatnya dalam kesendirian-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam keramaian, Aku akan mengingatnya dalam keramaian yang lebih baik daripada keramaiannya. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku akan mendekat kepadanya se depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Salah satu hal paling sederhana dalam berbaik sangka kepada Allah ialah senantiasa optimis dan yakinlah bahwa doa-doa yang kita panjatkan akan diterima dan dikabulkan. Kalaupun tidak disegerakan di dunia, bisa jadi terkabulnya doa itu ditunda oleh Allah hingga kelak di akhirat. Semoga kita selalu berbaik sangka kepada Allah dan terhindar dari sifat berburuk sangka (su'udzon) kepada-Nya.
(Rizka Diputra)