Reaksi Beragam Atas Diizinkannya Adzan Berkumandang di Jerman

Saskia Rahma Nindita Putri, Jurnalis
Rabu 22 Juli 2020 18:43 WIB
Salah satu masjid di Jerman (Foto: spiegel)
Share :

KEHARUAN menyelimuti para masyarakat muslim Jerman setelah mengetahui semakin banyaknya masjid yang telah mengantongi izin untuk melakukan panggilan sholat melalui pengeras suara.

Setiap tahunnya, Ditib, sebuah asosiasi masjid asal Turki, mengadakan kompetisi untuk anak laki-laki muslim di seluruh penjuru Jerman yang menyandingkan satu sama lain dalam membaca Alquran dan adzan terbaik.

Menguasai lantunan adzan dapat dikatakan termasuk dalam hal seni. Yang mengumandangkannya disebut dengan muazin, dan tidak bisa begitu saja disuarakan dengan sembarangan.

Melantunkan adzan secara buruk disebutkan sebagai sebuah “penderitaan” dan pemaksaan bagi publik, sebagaimana ditulis oleh seorang penulis Istanbul dalam sebuah kolom. Hal ini yang kemudian mengharuskan adanya pelatihan yang baik guna mengembangkan kemampuan muazin dalam mengumandangkan adzan.

Melansir laman spiegel.de, Rabu (22/7/2020), selama mencegah penyebaran virus corona, beberapa tempat ibadah diharuskan untuk ditutup bagi jamaah. Kondisi ini yang menjadi awal mula dari beberapa komunitas muslim yang diberikan izin sementara untuk melakukan adzan. Ditib memperkirakan totalnya mencapai 100 titik di Jerman.

Di beberapa tempat bahkan disebutkan bahwa kumandang adzan dapat didengar bersamaan dengan bunyi lonceng dari tempat ibadah umat beragama lain sebagai bukti adanya solidaritas dan kenyamanan antar umat beragama.

“Di beberapa tempat komunitas, aura positif yang terjadi dilingkungan sekitar adalah meningkatkan sikap toleransi publik terhadap panggilan untuk berdoa,” kata Zekeriya Altuğ dari Asosiasi Ditlib.

Baca juga: Masjid Istiqlal Tak Gelar Sholat Idul Adha, Imam Besar Mohon Maaf

Ia menambahkan, praktik toleransi tersebut kini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, namun masih diperdebatkan lebih lanjut tentang apakah perizinan ini akan diberikan seterusnya atau tidak.

Nyatanya, menjadi bagian dari negara minoritas muslim bukanlah hal yang mudah. Hal ini lantaran untuk di kota besar maupun kota-kota kecil, tak sedikit yang menjadikan adzan sebagai suatu hal yang sulit dilakukan. Adzan menjadi suatu hal yang cukup rumit dalam hukum negara bersangkutan.

Padahal, secara teori tak seharusnya kumandang adzan dibatasi bahkan dilarang karena adanya hak atas kebebasan beragama. Pelarangan yang diberlakukan di Jerman diketahui karena untuk melindungi masyarakat dari kebisingan.

Berbeda dengan negara-negara Islam yang justru mempersilakan muazin untuk mengumandangkan adzan sebanyak lima kali sehari, termasuk saat fajar, waktu yang sangat tak terpikirkan bagi daerah pemukiman Jerman. Masjid Fatin di Düren, di wilayah Jerman Barat, Rhine-Westphalia Utara, mengumandangkan adzan setidaknya tiga kali sehari.

Warga di kota ini sudah bertahun-tahun terbiasa dengan adanya komunitas Islam yang ada dan memerjuangkan haknya sejak tahun 1980-an ini. berbeda dengan sebagian besar masjid di Jerman yang bahkan hanya melakukan adzan sebelum sholat Jumat dilaksanakan.

Hal tersulit adalah bahwa kebebasan beragama di Jerman yang masih cenderung negatif, dengan hak atas melakukan ibadah yang seharusnya tak boleh diganggu oleh agama lainnya. Salah stau contohnya adalah terdapat sepasang suami istri yang tinggal di di Oer-Erkenschwick di Rhine-Westphalia Utara yang menolak keras adanya panggilan adzan di kota mereka yang selalu dikumandangkan setiap hari Jumat.

Pasangan ini bahkan tak segan membawa keluhannya ke pengadilan administrasi regional pada tahun 2018. Pengadilan Gelsenkirchen memutuskan muazin untuk tidak melaksanakan panggilan sholat di sana.

Otoritas kota setempat mengajukan banding atas putusan tersebut dan berpendapat bahwa penggugat mungkin bahkan tidak bisa mendengar panggilan untuk beribadah mengingat mereka tinggal hanya berjarak satu kilometer saja dari sumber suara. Pengadilan Tinggi Administratif di Münster masih akan memutuskan untuk naik banding.

Berlawanan dengan hal tersebut, dukungan yang berlimpah banyak didapatkan dari jejaring sosial yang meminta peningkatan jumlah tempat atau wilayah yang mengizinkan muadzin untuk melantunkan panggilan pelaksanaan sholat.

Hal ini bermula dari adzan pertama yang dikumandangkan secara bebas di Masjid Merkez di Kota Duisburg yang berhasil menarik hingga 300.000 penonton di YouTube. Kolom komentar juga nampak begitu ramai dengan mendapatkan 1.500 komentar yang mayoritas ditulis dalam bahasa Turki.

Tak sedikit yang merasa senang akan peristiwa ini dan memuji lantunan adzan yang indah, dan mengucap syukur bahwa Jerman dapat bersikap toleran. Sedangkan yang lainnya turut menyarankan bahwa kumandang adzan harus menggema di semua titik di negara di dunia.

Terkait hal ini, Profesor Etnologi, Susanne Schröter dari Universitas Goethe Frankfurt berpendapat bahwa komentar dukungan terhadap kumandang adzan menunjukkan adanya kemenangan atas kekuatan Islam.

Tak hanya itu, bahkan Schröter turut meneliti secara mendalam tentang politik Islam dan melihat pengaruhnya yang kuat dan cenderung mengancam dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan pemerintahannya terhadap populasi imigran Turki yang besar di Jerman.

Anggota Partai AKP, Erdogan telah berulang kali berbicara tentang Kekaisaran Ottoman yang baru dan menginginkan adanya islamisasi terhadap negara-negara lain.

“Adzan adalah penyataan verbal yang secara tak langsung menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar,” Schröter berpendapat.

"Banyak muslim konservatif, terutama pejabat dengan organisasi muslim, percaya ini juga perlu diterapkan di Jerman," katanya lagi.

Namun, posisi ini nyatanya mengganggu banyak organisasi muslim di Jerman. Zekerya Altuğ dari Ditib angkat bicara dengan mengatakan bahwa kumandang adzan selalu dikaitan dengan ketakutan akan keterasingan.

Asosiasi Islam yang telah beroperasi di sekitar 900 masjid itu menggambarkan bahwa Islam netral secara politik ditengah banyaknya tuaian kritikan atas hubungan dekatnya dengan pemerintah Erdogan di Turki.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya