Namun tidak berhenti sampai di situ. Setelah melepas sifat individualistik, mereka memiliki orientasi menyenangkan orang lain. Orang lain yang dimaksud adalah Tuhan. Ibrahim mencoba melepaskan cinta kepada anak hanya untuk mencintai Allah Subhanahu wa ta'ala, sementara Ismail melepaskan cinta pada usia muda, dengan dasar kepatuhan kepada Allah Ta'ala.
Baca juga: Hujan Mengiringi Penggantian Kain Kiswah Penutup Kakbah
Jadi ada nilai ketuhanan di balik proses berkurban. Itulah sebabnya berkurban selalu berdasarkan pada keikhlasan. Tingkat keikhlasan yang paling tinggi tidak lain adalah mengharapkan ridha Allah Subhanahu wa ta’ala. Bukan ridha yang lain.
Namun, Tuhan tidak menginginkan adalah darah yang dikurbankan. Itulah sebabnya bukti ketulusan dua orang tersebut digantikan dengan simbol pengorbanan hewan ternak. Artinya, kalau manusia tulus cintanya kepada Allah, pasti dia tulus cinta kepada manusia. Itulah sebabnya merayakan Idul Kurban sama dengan Membela Kemanusiaan.
Baca juga: Dahsyatnya Puasa Arafah, Menghapus Dosa Tahun Lalu dan Sesudahnya
Oleh:
Sunanto
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah
(Hantoro)