3 Perumpamaan Penuntut Ilmu Menurut Hadits Rasulullah

Saskia Rahma Nindita Putri, Jurnalis
Senin 03 Agustus 2020 17:33 WIB
Ilustrasi (Foto: Ist)
Share :

MENJADI seorang muslim yang baik tidak cukup hanya dengan menyatakan keislaman atau pengakuan memeluk agama Islam sejak lama. Tentu perlu diimbangi dengan pemahaman akan Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Memperkaya pengetahuan akan agama berarti membutuhkan ilmu.

Seorang muslim wajib hukumnya menuntut ilmu. Tak akan sempurna iman dan segala amal bila tak disertai dengan ilmu. Bahkan disebutkan orang-orang yang tak mau menimba ilmu adalah golongan orang yang merugi karena tak memanfaatkan peluang atas dirinya untuk berkembang.

Terkait ilmu, terdapat kategorisasi perihal 3 jenis penuntut ilmu berdasarkan perumpamaan. Dari Abu Musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya perumpamaan Allah mengutusku dengan petunjuk dan ilmu seperti hujan yang membasahi bumi, terdapat suatu bagian yang menerima air sehingga mampu menumbuhkan rumput yang banyak, dan terdapat pula tanah-tanah gundul yang mampu menahan air akan tetap tidak bisa menumbuhkan rumput sehingga Allah berikan manfaat kepada manusia dengan hal tersebut; mereka bisa minum, mengairi serta memberi minum hewan dari tanah gundul itu, dan bagian yang lain adalah lembah di mana ia tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan rumput. Hal tersebut serupa dengan orang yang Allah beri pemahaman tentang agama dan Allah memberikan manfaat dengannya sehingga ia tahu dan mau memberitahu (mengajarkan). Dan seumpana orang yang tidak mau mengangkat isi kepalanya dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang karenanya aku diutus,” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits ini telah diberikan gambaran tentang makna mengenai tiga macam penuntut ilmu agama.

“Yang pertama hujan turun, diserap, lalu tumbuhlah tumbuh-tumbuhan. Inilah perumpamaan bagi orang yang belajar agama, ia belajar lalu ia paham dan mengajarkannya, seperti tanah subur lalu tumbuh tubuhan, bermanfaat bagi ia dan orang sekitarnya,” terang dai kondang, Ustadz Khalid Basalamah, dikutip dari channel Youtubenya, Khalid Basalamah Official, Senin (3/8/2020).

Baca juga: Alquran Ungkap Fakta Mengagumkan Dialami Otak Manusia pada Usia 40 Tahun

Tanah kedua lanjut Ustadz Khalid, ialah tanah tandus dan keras. Terkena air tak bisa menyerap, namun ia menampungnya. Tumbuhan pun tak bisa tumbuh karena tanahnya yang keras seperti bebatuan. Tetapi air yang ditampungnya tetap bermanfaat bagi orang lain, yang dapat mengambil airnya.

"Ini adalah perumpamaan bagi orang yang belajar agama namun belum mengajarkannya. Jadi, tak menumbuhkan manfaat yang banyak, tidak seperti yang pertama, namun masih bermanfaat karena dirinya berilmu, yang paling tidak dapat diamalkan terhadap dirinya sendiri,” tuturnya.

Sedangkan perumpaan ketiga yang menggambarkan perilaku penuntut ilmu yang termasuk dalam golongan merugi, lantaran ia tidak memanfaatkan segala nikmat dan kemudahan yang Allah beri untuk memperkaya ilmu pengetahuannya.

“Tanah ketiga, tanah yang tandus seperti padang pasir. Sebanyak apapun hujan turun, tetap saja hilang air itu. Tidak terserap dan airnya mengalir melewatinya, tumbuhan pun tak dapat tumbuh di tanah itu. Inilah perumpamaan bagi orang yang tidak mau belajar ilmu agama," ucap pendakwah kelahiran Makassar ini.

“Ilmu agama di mana-mana, di masjid, dengan berbagai fasilitas, tetapi tidak dimanfaatkan olehnya. Dengan kemudahan di zaman yang kini ada teknologi untuk belajar, ia tetap tidak mau belajar,” sambungnya.

Kemajuan zaman yang ditandai hadirnya teknologi memudahkan segala pekerjaan manusia sepatutnya disyukuri. Karenanya, kita tidak perlu melakukan perjalanan jauh hingga memakan banyak waktu untuk memperoleh suatu ilmu.

Sebagaimana dikisahkan salah satu kisah sahabat nabi, yang pernah berada dalam suatu majelis bersama Rasulullah shlallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat nabi lainnya mendengarkan hadits bersama.

Sekian waktu berlalu, satu persatu sahabat nabi dikabarkan wafat, hingga tinggal dua sahabat yang masih hidup, yakni Abu Ayyub dan Uqbah bin Amir. Saat itu, Abu Ayyub berada di Madinah sedangkan Uqbah bin Amir tinggal di Mesir. Keingintahuan yang besar dan ingin memastikan sebuah ilmu, Abu Ayyub mendatangi Uqbah bin Amir di Mesir, menaiki kudanya dan menempuh perjalanan selama 2 bulan lamanya hanya untuk memastikan Uqbah mengenai hadits yang mereka dengar di majelis bersama Rasulullah.

Sesampainya di Mesir, kedatangannya begitu disambut oleh pemerintah dan warga setempat, dan bertemulah ia dengan Uqbah. Setelah memastikan keshahihan hadits tersebut, ia langsung kembali melakukan perjalanan pulang menuju Madinah.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya