5. Riya kepada teman, para tamu dan manusia pada umumnya
Misalnya, orang yang banyak didatangi tamu dari kalangan ulama, ahli ibadah, para penguasa, maupun para pejabat supaya dikatakan bahwa mereka mengambil berkah darinya karena kemuliaan derajat agamanya.
Atau seperti orang yang sering menyebut nama para ulama atau guru agar dikatakan banyak memiliki guru dan banyak belajar dari mereka. Perbuatan baik jika niat yang salah maka tidak akan mendapatkan pahala tapi sebaliknya akan mendapatkan dosa.
Orang yang rajin beribadah sekalipun bukan berarti dapat terbebas begitu saja dari riya’. Terkadang godaan datang silih berganti untuk menjerumuskan ibadah yang dilakukan pada jalan yang salah.
Jadi riya’ itu berarti mengerjakan perbuatan lantaran mengharap pujian dan sanjungan orang lain dalam hal apapun, dan bukan didasarkan keikhlasan.
Sehingga untuk menghindarinya ialah dengan memperbaiki niat dan keikhlasan. Maka dibutuhkan kesabaran dan usaha maksimal untuk mengalahkan dorongan riya.
(Salman Mardira)