JAKARTA - Naik pesawat saat puasa dengan negara tujuan yang berbeda waktu lokalnya dengan negara asal, nah bagaimana puasanya? Apakah dilanjutkan atau diperbolehkan berbuka puasa.
Misalnya saja dari Indonesia Ke Amerika bisa beda beberapa jam, atau dari Amerika ke Eropa. Maka jawabannya tetap berbuka sesuai dengan waktu tujuan negara, karena dalilnya adalah kapan melihat matahari sudah tenggelam sebagaimana dalam ayat dan hadits
"Sementara kaidahnya tetap mengikuti waktu tujuan, jika waktu tujuan sudah terbenam matahari, maka berbuka meskipun waktu puasanya jadi sangat panjang atau sangat pendek," ujar Ustaz dr Raenul Bahraen dalam akun Instagramnya dikutip Kamis (22/4/2021).
Baca Juga: Toleransi Muslim di India, Jadikan Masjid Tempat Fasilitas Darurat Covid-19
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika telah datang malam dari sini kemudian siang telah berlalu dan matahari sudah tenggelam, maka (ini waktu) orang berpuasa berbuka.”
Firman Allah:
"Makan-minumlah sampai terang bagimu benang putih dari benang hitam yaitu fajar." (Al-Baqarah 187)Sementara jawaban AL-Lajnah Ad-Daimah mengenai hal ini.
ج: أجمع أهل العلم قاطبة على أن الصوم من طلوع الفجر حتى غروب الشمس؛ لقوله تعالى: {وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ} (1) ولما ثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «إذا أقبل الليل من ها هنا وأدبر النهار من ها هنا وغربت الشمس فقد أفطر الصائم (2) » وعلى أن لكل صائم حكم المكان الذي هو فيه، سواء كان على سطح الأرض أم كان على طائرة في الجو. وعليه فمن أفطر وهو في الطائرة بتوقيت بلد ما وهو يعلم أن الشمس لم تغرب فصيامه فاسد؛ لأنه أفطر قبل غروب الشمس بالنسبة له وعليه قضاء ذلك اليوم.
Ulama semuanya bersepakat (ijma’) bahwa puasa itu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya.
(Vitrianda Hilba Siregar)