Mahasiswa Indonesia Puasa di Luar Negeri, Rindu Takjil Khas Ramadhan

Agregasi VOA, Jurnalis
Kamis 22 April 2021 19:00 WIB
Mahasisa Indonesia, Cahya berbuka puasa di Twin City, Minnesota. (Foto: VOA Courtesy)
Share :

JAKARTA - Bagaimana rasanya berpuasa di luar negeri? Jauh dari orangtua, saudara dan tetangga yang biasa bertegur sapa dengan ramah.

Tentu getaran puasa Ramadhan dan ibadah lainnya akan sangat berbeda bila dijalani di Tanah Air, terutama saat menanti berbuka puasa.

Berpuasa di negeri orang juga dirasakan mahasiswa Indonesia. Nah ada dua mahasiswi Indonesia yang belajar di belahan bumi yang berbeda, memaparkan makna dan pengalaman Ramadan bagi mereka tahun ini.

Selain merindukan suasana, makanan dan kudapan khas kampung halaman, kedua ibu yang menyelesaikan studi bersama keluarga itu tetap bersyukur, dapat menjalankan ibadah puasa dengan tenang dan khusyuk walau menghadapi keterbatasan di tengah pandemi.

Baca Juga: Bulan Ramadhan dan 300 Juta Mawar Merah di Kota Taif Arab Saudi

“Alhamdullilah, Ramadan membawa berkah,” demikian ungkapan Cahya Hanivah Yunizar yang menjalankan ibadah Ramadannya yang kedua di Twin City, Minnesota.

Bagi mahasiswi tahun pertama program doktoral di University of Minnesota itu, berkah Ramadan tersebut berupa vaksinasi COVID-19, yang ia terima bersama beberapa mahasiswa Muslim Indonesia lainnya di sana.

Cahya dan Muslim di AS tahun ini menunaikan puasa pada musim semi. Suhu rata-rata berkisar 60-80 derajat Fahrenheit atau 14 hingga 24 derajat Celsius dan lama puasa sekitar 15 hingga 16 jam setiap harinya.

Baca Juga: Sholat di Masjid Agung Al Hidayah Malang Serasa di Hagia Sophia di Turki

Lain lagi pengalaman Pratiwi Utami. Mahasiswi program doktoral di Monash University ini lebih sering berpuasa pada saat musim dingin di Australia, di mana lama berpuasa tidak sepanjang di Indonesia. Sekarang ini, Australia sedang dalam musim gugur, di mana cuaca juga mulai sejuk.

“Karena dingin tidak terasa begitu terasa, Alhamdulillah, kemudian tidak terasa begitu capek atau lemas karena kepanasan,” tutur Pratiwi.

Ramadan di negeri orang bagi Cahya dan Pratiwi tentu berbeda dengan di tanah air. Kedua mahasiswi program doktoral itu sama-sama merindukan makanan khas Indonesia dan kudapan khusus kampung halaman yang hanya muncul pada bulan puasa.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya