ISLAM Wasathiyah adalah cara ber-Islam dengan kedewasaan. Selain sebagai Islam jalan tengah, tidak ekstrem kiri maupun kanan, Islam Wasathiyah juga bermakna sikap keagamaan yang dewasa.
“Sikap keberagamaan yang dewasa itu Islam Wasathiyah. Bersikap dewasa dalam beragama, ” ujar Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis.
Dia mengatakan, salah satu contoh kedewasaan dalam berislam adalah dengan fokus pada tujuan setiap muslim untuk memajukan Islam. Fokus ini akan menghapus pikiran yang kerap mengkotak-kotakkan Islam sesuai organisasinya dan merasa paling benar. Menurutnya, selama perbedaannya hanya di level cabang (furu’), maka organisasi di dalam Islam layak diterima dengan baik.
Baca Juga: 6 Keutamaan Memberi Nafkah Keluarga
Dalam situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang, dia mengatakan, sikap kedewasaan beragama itu sangat dibutuhkan. Kedewasaan sikap beragama itu terlihat dari bagaimana merespon Covid-19 dengan mendahulukan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi. Sikap kedewasaan itu juga tercermin dari keputusan tidak menggelar ibadah jamaah di dalam Masjid pada wilayah Covid-19 level 4.
Baca Juga: Nabi Palsu Zaman Sekarang, Ternyata Sudah Ada Sejak Masa Rasulullah
Pengasuh Pesantren Cendekia Amanah ini menambahkan, Islam Wasathiyah juga tergambar dari kedewasaan menerima kemajuan. Dalam menyikapi Masjid misalnya, meskipun tidak boleh digunakan sebagai tempat berdagang (pasar), namun tidak berarti Masjid terlarang melakukan pembicaraan wacana ekonomi di dalamnya.
“Yang tidak boleh adalah Masjid digunakan untuk berdagang. Ilmu berdagang tentu boleh dan patut disampaikan. Kalau Masjid hanya dipakai untuk shalat dan mengaji saja, bisa-bisa kita menjadi sekuler, ” ujarnya.