ISTIDRAJ dalam bahasa Arab terambil dari kata “daroja” yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Para Ulama memaknai istidraj antara lain dengan azab yang berupa kenikmatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman berikut :
وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاَياَتِناَ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَيَعْلَمُوْنَ . وَاُمْلِيْ لَهُمْ إنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنَ
“ Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami , akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dengan cara yang mereka tidak ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh rencanaKu sangat teguh." (QS Al ‘Araf (7);182-183)
Baca Juga: 5 Penjelasan Ulama Mengapa Syariat Islam Berat Dilaksanakan
Pada terjemahan Tafsir Kemenag RI tersebut “Sanastadrijuhum diartikan dengan “ akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur ( kearah kebinasaan)”.
Bisa juga kita artikan “akan Kami istidrajkan mereka”. Atau menggunakan istilah Jawa “akan Kami lulu mereka”, min haitsu laa ya’lamuun = dengan cara yang mereka tidak ketahui.
Baca Juga: Begini Cara Mengalirkan Pahala kepada Orangtua yang Telah Meninggal Dunia
Ulama dan Mantan Anggota Komisi Ukhuwah MUI DKI Jakarta, KH Drs Syarifuddin Mahfudz MSi menjelaskan maka Istidraj adalah siasat Allah SWT terhadap orang-orang yang selalu berbuat maksiat, orang-orang yang selalu mendustakan ayat-ayat Allah, selalu mengabaikan peringatan, perintah dan larangan Allah swt. Dan mereka bangga dengan ulahnya karena merasa sukses terus.
Dan pada ayat 183 nya Allah nyatakan :
“ Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka, innaa kaidii matiin = sungguh rencanaKu sangat teguh”.