Tetangganya membayangkan kalau kemarin anak pancinya satu, berarti kalau lebih lama begini anaknya bisa dua atau tiga. Tapi dia malah mendapat jawaban berbeda dari Abu Nawas, "Innalillahi wainnailaihi rajiun. Panci kamu meninggal di rumah saya."
"Enggak mungkin panci meninggal! Mana ada panci meninggal!" ucap sang tetangga dengan marah-marah.
"Inilah manusia, kalau yang menguntungkan diterima, kalau yang tidak menguntungkan," jawab Abu Nawas.
Tetangganya menyahut, "Mana mungkin panci bisa meninggal?"
"Kamu pikir panci bisa beranak? Kenapa waktu panci beranak, kamu enggak berkomentar? Tapi ketika panci mati, kamu berkomentar?" tanya balik Abu Nawas.
"Inilah manusia. Kalau menguntungkan, pura-pura tidak masalah. Kalau merugikan, mulailah dia menggunakan akal, kesadaran, atau kewarasannya," lanjutnya.
Allahu a'lam bissawab.
(Hantoro)