Kemudian aku katakan kepada istriku, "Kembalilah kepada keluargamu. Tinggallah di sana sampai Allah memutuskan perkara ini."
Akhirnya, Ka'b bin Malik Radhiyallahu anhu melewati hari-harinya dalam kondisi demikian selama 10 hari, sampai genap 50 hari sejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang semua sahabat berbicara dengan tiga orang sahabat yang tidak ikut dalam Perang Tabuk tersebut.
Satu bulan lebih, wahyu tidak juga turun. Itulah salah satu rahasia hikmah Allah Azza wa Jalla dalam setiap urusan besar, sehingga kaum Muslimin benar-benar merasa rindu kepada wahyu itu.
Pada hari ke-50, kerinduan hati para sahabat terhadap wahyu terobati. Luapan kegembiraan terlihat jelas dari ucapan dan perbuatan mereka. Ka'b Radhiyallahu anhu menceritakan peristiwa mengharukan itu.
Beliau Radhiyallahu anhu mengatakan, "Seusai Sholat Shubuh di hari terakhir (ke-50), ketika aku sedang berada di atas rumah, persis seperti diterangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, 'Jiwa terasa sesak, dan bumi pun terasa sempit, padahal dia begitu luasnya,' aku mendengar suara teriakan di atas bukit cadas, dia berteriak sekeras-kerasnya, 'Wahai Ka'b bin Malik, bergembiralah!'."
Mendengar itu, aku pun sujud. Aku tahu telah datang kelapangan dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitahukan bahwa Allah Azza wa Jalla menerima tobat kami.
Kaum Muslimin berduyun-duyun memberi ucapan selamat kepadaku dan dua sahabat itu. Ada yang datang dengan berkuda, ada pula dari bani Aslam berjalan cepat ke arah saya, mendaki gunung.
Namun suara lebih cepat daripada kuda. Setelah pemilik suara itu datang, aku melepas baju dan memberikannya kepada orang itu sebagai hadiah atas berita gembira tersebut, padahal, demi Allah! Aku tidak punya baju lain selain itu pada hari itu.
Akhirnya, aku meminjam sehelai baju dan mengenakannya lalu berangkat menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang pun berduyun-duyun mengucapkan selamat kepadaku, kata mereka, "Selamat, karena tobatmu diterima oleh Allah."
Hal itu berlangsung sampai aku masuk ke masjid. Ternyata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah dikelilingi oleh para sahabat lain.
"Tiba-tiba Thalhah bin ‘Ubaidullah Radhiyallahu anhu berlari-lari kecil menyambut dan menyalamiku sembari mengucapkan selamat. Demi Allah, tidak ada satu pun Muhajirin yang berdiri selain dia. Aku tidak bisa melupakan hal ini dari Thalhah Radhiyallahu anhu."
Demikianlah keadaan mereka, yaitu orang-orang yang mencintai untuk saudaranya apa yang dicintainya untuk dirinya. Mereka tidak iri atau dengki atas kelebihan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala limpahkan kepada saudara mereka, berupa turunnya wahyu yang agung menerangkan tobat mereka diterima. Bahkan, mereka mengucapkan selamat sampai Ka'b Radhiyallahu anhu masuk ke masjid.