Menjadi minoritas akhirnya membuat Iqbaal tak bisa 'berbagi nasib'. Tak ada teman untuk mengeluhkan kondisi lapar maupun haus selama seharian berpuasa.
"Terus gak bisa bilang aku gue laper banget, itu kan gak bisa ngomong sama siapa-siapa juga karena gak ada yang ngerti," tutur Iqbaal Ramadhan.
Tapi di samping itu, berpuasa di negeri orang lain dan jauh keluarga membuat Iqbaal sadar akan satu hal. Dia semakin menghargai waktu bersama keluarga.
Iqbaal menilai, bisa berbuka puasa dengan keluarga memiliki nilai yang sangat mahal.
"Begitu tinggal sendiri, jauh dari keluarga, beda waktu, ternyata mahal yah punya waktu sama keluarga," ucapnya.
(Vivin Lizetha)