Ternyata pandangan Abu Nawas mengenai rezeki tidak sama dengan para ulama yang hadir. "Wahai Abu Nawas, seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki?" tanya salah satu ulama.
"Untuk mendapatkan rezeki dibutuhkan usaha dan kerja keras, Abu Nawas. Rezeki itu tidak datang sendiri, melainkan harus dicari dan didapatkan melalui sebuah usaha," timpal ulama yang lain.
Tapi Abu Nawas bersikukuh dengan pendapatnya, sehingga terjadilah sedikit perdebatan di antara mereka. Tidak ingin dapat berkepanjangan, Abu Nawas selalu berkata, "Begini saja, besok kita berkumpul lagi di sini dan buktikan pendapat kalian di hadapan Paduka Raja."
Para ulama ini pun sepakat dengan tawaran Abu Nawas tersebut. Abu Nawas dan para ulama kemudian pamit kepada Baginda Raja meninggakan istana.
Setelah berpamitan kepada Baginda Raja, Abu Nawas pun segera pulang ke rumahnya, sebab ia harus mengajar murid-muridnya. Sementara para ulama tersebut sibuk mencari cara untuk membuktikan pendapat mereka.
Sampai pada akhirnya saat berjalan pulang menyusuri sebuah desa, para ulama melihat penduduk setempat sedang panen buah kurma, kemudian terbesitlah niatan untuk membantu warga.
Setelah selesai dengan pekerjaannya, para ulama ini mendapat imbalan beberapa ikat buah kurma dari warga setempat. Mereka senang bukan main. Para ulama itu senang bukan karena mendapatkan kurma, tetapi memiliki alasan untuk menyampaikan kepada Abu Nawas dan Baginda Raja bahwa pendapat mereka soal rezeki adalah benar.
"Kita mendapatkan buah kurma karena berusaha dan bekerja, sedangkan Abu Nawas hanya diam di rumah, mana mungkin dia mendapatkan kurma. Ini menunjukkan bahwa rezeki bisa didapat bila mencarinya dan bekerja, jadi pendapat kita sudah benar. Besok kita bawa ini sebagai buktinya kita tunjukkan kepada Abu Nawas dan Baginda Raja," kata salah satu ulama kepada kawannya.