Lalu, bagaimana sejarah puasa Asyura?
Asyura adalah hari ke-10 pada bulan Muharram. Hari tersebut sangat populer di kalangan umat Islam. Di mana waktu itu merupakan hari berkabung karena kesyahidan Husain bin Ali, cucu dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, yang wafat saat pertempuran Karbala tahun 61 Hijriah (680 Masehi).
Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam bersabda:
صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْماً أَوْ بَعْدَهُ يَوْماً
"Lakukanlah puasa Asyura, dan jangan sama dengan Yahudi. Karena itu, lakukanlah puasa sehari sebelumnya dan sehari setelahnya." (HR Ahmad nomor 2191 dan Baihaqi dalam kitab Al Kubro nomor 8189)
Namun menurut tradisi Sunni, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam berpuasa pada hari tersebut selama dua hari, karena dengan tujuan untuk menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani.
Selain mengikuti sunah Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam, jika melaksanakan puasa Asyura, kaum Muslimin juga akan meraih banyak keberkahannya.