Sejak saat itu Amira pun tertarik dan belajar banyak tentang Islam. Namun perjalanannya sebagai seorang muslim tentu banyak pertentangan dari keluarga, terutama sang ibu yang sempat menangis ketika mengetahui dirinya menjadi mualaf.
"Saya bilang jangan nangis. Saya jelaskan Islam tidak seperti yang ibu pikirkan. Tapi waktu itu ilmu saya belum cukup. Akhirnya ibu pun bisa terima dan kini ibu sudah kembali dan kita duduk bersama. Dan ibu minta didoakan agar mendapat hidayah," tambah Amira.
Tidak sampai di situ, setelah masuk Islam, dia masih bekerja di perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawannya memakai hijab.
"Itu juga cobaan, karena saya harus meninggalkan pekerjaan yang biasa saya lakukan. Saya mulai dari awal, Enggak mudah, tapi enggak mustahil. Enggak ada yang mustahil menurut Allah, yang penting berusaha," katanya.