Rasa penasaran kian bertambah ketika dia tidak menemukan kata 'trinitas' dalam Injil. Masalah itu, kata dia, telah menjadi perhatian selama dua abad.
Dia pernah menanyakan masalah ini kepada para pendeta. Namun, tidak ada jawaban yang logis. Sebaliknya, terlalu banyak analogi dan pendapat yang aneh.
Pada tahun 1991, bisnis Estes mulai merambah keluar negeri. Negara pertama yang dikunjungi adalah Mesir. Di sana dia bertemu dengan seorang pria Muslim yang akan jadi rekan bisnisnya.
Satu hal yang ada di pikiran Estes tentang Muslim adalah 'teroris'. Estes tidak percaya dia harus berhubungan dengan sosok yang begitu ia benci.
“Mereka tidak percaya kepada Tuhan. Mereka adalah penyembah kotak hitam di padang pasir. Mereka cium tanah lima kali sehari. Sial, saya tidak ingin bertemu dengan mereka,” kata Estes kala itu.
Namun, padangan akan Islam berubah ketika dia bertemu seorang Muslim yang berkata bijak. Tak hanya itu, Yusuf mulai tertarik membicarakan soal Tuhan yang diyakini umat Muslim.
"Pria Muslim duduk di sana dengan tenang. Jadi, kami tanya ada berapa versi Alquran? Hanya satu dan itu masih Arab (bahasa). Tidak ada kata yang hilang, tak ada halaman yang hilang, bahkan tidak ada titik yang hilang," katanya.