KISAH Mualaf Yusuf Estes menarik perhatian banyak orang. Pasalnya, sebelum memeluk agama Islam, dia adalah seorang misionaris (pendakwah) Kristen yang sering kali membagikan pesan-pesan indah.
Tidak hanya itu, Yusuf Estes pun bangga dengan agama yang dianutnya hingga berpikir untuk membuat orang banyak bisa turut mendapatkan pesan damai dari alkitab yang selalu dibawanya.
"Setiap saya pergi saya selalu membawa alkitab dan salib," ujarnya di kanal YouTube Hijrahfest Official, dikutip pada Rabu (30/8/2023).
Pria berasal dari Texas itu bahkan pernah memandang buruk Islam hingga takut berbisnis dengan orang Muslim. Maklum, dia pun termasuk orang yang lahir dari keluarga beragama Kristen yang taat.
Sejak kecil bahkan dia selalu datang ke gereja dan dibaptis pada usia 12 tahun di Pasadena, Texas. Bahkan selama memeluk agama Kristen, pria kelahiran 1 Januari 1944 itu mengisi kehidupannya dengan dua hal.
Bekerja keras dalam berbisnis untuk mendapatkan uang dan memberi tahu orang lain tentang Yesus serta perdamaian dengan tujuan agar banyak orang yang memeluk agamanya.
Namun seiring berjalannya waktu, ada satu hal yang mengganjal hati dan pikirannya. Dia mempertanyakan kenapa Tuhan menciptakan dirinya dan apa yang diinginkan Tuhan.
"Tapi di agamaku terdahulu, siapa pun harus percaya tanpa perlu bertanya,” tuturnya.
Rasa penasaran kian bertambah ketika dia tidak menemukan kata 'trinitas' dalam Injil. Masalah itu, kata dia, telah menjadi perhatian selama dua abad.
Dia pernah menanyakan masalah ini kepada para pendeta. Namun, tidak ada jawaban yang logis. Sebaliknya, terlalu banyak analogi dan pendapat yang aneh.
Pada tahun 1991, bisnis Estes mulai merambah keluar negeri. Negara pertama yang dikunjungi adalah Mesir. Di sana dia bertemu dengan seorang pria Muslim yang akan jadi rekan bisnisnya.
Satu hal yang ada di pikiran Estes tentang Muslim adalah 'teroris'. Estes tidak percaya dia harus berhubungan dengan sosok yang begitu ia benci.
“Mereka tidak percaya kepada Tuhan. Mereka adalah penyembah kotak hitam di padang pasir. Mereka cium tanah lima kali sehari. Sial, saya tidak ingin bertemu dengan mereka,” kata Estes kala itu.
Namun, padangan akan Islam berubah ketika dia bertemu seorang Muslim yang berkata bijak. Tak hanya itu, Yusuf mulai tertarik membicarakan soal Tuhan yang diyakini umat Muslim.
"Pria Muslim duduk di sana dengan tenang. Jadi, kami tanya ada berapa versi Alquran? Hanya satu dan itu masih Arab (bahasa). Tidak ada kata yang hilang, tak ada halaman yang hilang, bahkan tidak ada titik yang hilang," katanya.
Yusuf akhirnya mengajak pria Muslim berbicara tentang trinitas, di mana dia mencoba jelaskan tentang bagaimana tiga itu menjadi satu.
Yusuf beserta pendeta dan ayahnya bertanya akan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang kerap menjadi tujuan dari agama Islam. Sang pria Muslim itu pun menjelaskannya melalui bacaan Surat Al Ikhlas.
"Surat Al Ikhlas. Membayangkan kandungan makna yang indah. Allah adalah ahad (tunggal). Esa, satu, tak ada sekutu. Dan Allah mengurus semuanya. Allah tidak punya ayah, ibu, paman, tak ada kerabat. Dan tidak seperti apapun. Allah adalah ahad. Mengejutkan," kata Yusuf.
Pada kesempatan lain, pria berjanggut itu menemukan kesalahan serius dari Alkitab yang membuatnya yakin jadi mualaf. Keselamatan itu adalah saat Tuhan Yesus tak pernah menyebutkan dia sebagai umat Kristen.
"Sungguh telah ditemukan dalam alkitab, dia menyatakan bahwa mereka tidak pernah disebut Kristen," ujarnya.
Singkat cerita, pastor itu minta diantar ke masjid dan kembali dalam penampilan yang sangat berbeda hingga Estes hampir tidak mengenalinya. Pastor itu sudah masuk Islam.
Belum selesai dengan rasa terkejutnya dengan keputusan pastor itu memeluk Islam, giliran istrinya yang menyatakan niatnya untuk memeluk Islam.
“Saya sangat terkejut. Saya tidak bisa tidur,” kata Estes.
Jelang Subuh, Estes tak lagi mampu menutupi keinginannya untuk memeluk Islam. Dia keluar rumah, lalu menemukan sepotong kayu dan dia berdirikan kayu tepat di arah kiblat umat Islam.
"Ya Tuhan, jika Kau ada di sana, bimbing aku, bimbing aku,” ujarnya dalam hati kala itu.
Itulah kisah mualaf Yusuf Etes. Berawal dari ketidaksukaan terhadap Muslim hingga dibuat gelisah. Wallahu a'lam bisshawab.
(RIN)
(Rani Hardjanti)