BANYAK Muslim bertanya, apakah di Makkah dan Madinah tidak ada perayaan Maulid Nabi? Karena umat Muslim di Tanah Air sangat bersemangat dalam merayakan kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam. Momen ini juga masa untuk bersyukur atas teladan, jalan hidup dan tuntunan yang dibawa oleh beliau.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Bagi kaum Muslimin di Indonesia, Maulid Nabi kerap diperingati sepanjang bulan. Bahkan, terdapat tarekat yang memperingatinya sepanjang tahun.
BACA JUGA:
Sementara itu Kerajaan Saudi tetap mengizinkan bagi warganya yang ingin merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di sana.
Pada tahun 2020 silam terdapat beberapa warga yang ingin merayakan Maulid Nabi dan tetap dipersilahkan.
Meski tidak melarang, namun Kerajaan Saudi juga tidak secara resmi ikut merayakan Maulid Nabi Muhammad. Hal ini karena perbedaan pandangan sesuai mazhab dan ajaran resmi negara itu.
Arab Saudi sejatinya memiliki mazhab resmi Hambali. Namun, negara ini tak lepas dari citra ajaran Salafi-Wahabi. Wahabi sendiri berarti berpegang pada Alquran dan hadist, dan ingin memurnikan Islam atau purifikasi. Mereka ingin mempertahankan seperti di zaman Nabi Muhammad SAW dan tiga generasi setelahnya.
Perayaan Maulid Nabi biasanya diadakan di wilayah Barat Saudi, Hijaz. Perayaannya tentu tidak besar-besaran seperti di sejumlah negara mayoritas muslim.
Perayaan secara sederhana dengan mendengarkan pembacaan riwayat Nabi dan mendengarkan puji-pujian untuk Nabi yang tertulis dalam bentuk syair atau prosa dari berbagai sumber terdahulu.
Pada bulan Rabiul Awal, para warga Hijaz merayakannya dengan memberikan santunan atau membagikan makanan hingga uang kepada orang-orang miskin di sana. Puncaknya pada 12 Rabiul Awal yang merupakan tanggal lahir Nabi.
Sejatinya kelahiran Nabi Muhammad telah dirayakan oleh bangsa Arab sejak abad kedua Hijriah atau abad ke-8 Masehi.
Pendapat ini dimulai dari sosok bernama Khaizuran (170H/786 M) yang datang ke Madinah. Di sana dia memerintahkan masyarakat merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.
Khaizuran, merupakan salah satu sosok berpengaruh dari masa Dinasti Abbasiyah. Dirinya juga mengunjungi Mekkah dan memerintahkan hal yang sama.
Menurut Khaizuran, tujuan Maulid Nabi adalah agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi umat Islam.
Pendapat kedua menyatakan bahwa Maulid Nabi pertama kali diadakan oleh Dinasti Fatimiyah, yang berkuasa antara abad ke-4 hingga abad ke-6 Hijriah, atau abad ke-10 hingga abad ke-12 Masehi. Perayaan Maulid Nabi dipelopori oleh Abu Tamim, khalifah keempat Dinasti Fatimiyah.
Meski perayaan Maulid Nabi bukan berasal dari anjuran Rasulullah dan terdapat perbedaan pendapat terkait awal mulanya, tetapi kegiatannya mampu membawa umat Islam selalu mengingat Nabi Muhammad dan menambah ketakwaan serta keimanan.
Hal itulah mengapa perayaan Maulid Nabi akhirnya berkembang ke wilayah Islam yang lain, termasuk Indonesia, dan tetap diperingati hingga sekarang.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hafid Fuad)