Di sektor 3 tempat penulis bertugas, membawahi tidak kurang 23 hotel tempat jamaah haji Indonesia menginap. Berbeda ketika jamaah haji tinggal di kota Mekkah yang selama kurang lebih 40 hari, di Madinah jamaah hanya tinggal 7-8 hari saja.
Secara fisik, semua hotel di Madinah hanya memiliki ketinggian lantai 10. Tidak lebih. Mengapa demikian? Info yang penulis peroleh sebetulnya untuk memberikan kesempatan yang sama bagi hotel-hotel lain yang letaknya tidak dalam lingkungan Marziqiyah dan berada jauh dari lingkungan ini.
Selain itu, semua hotel di kawasan ini memiliki desain dan arsitektur yang nyaris sama. Yang membedakan barangkali tampilan fasad luar dan jendela-jendelanya. Lorong yang menghubungkan antar hotel nyaris sama dengan desain lengkung tapal kuda.
Nama-nama hotel umumnya tidak diletakkan di atas pintu lobby masuk hotel yang berada di dalam lingkup jalur lorong ini. Tapi berada di luar lorong. Sehingga jamaah yang berjalan di dalam lorong, demi menghindari matahari yang terik, akan melihat semua hotel sama.
Kondisi inilah yang menyebabkan banyak jamaah haji Indonesia tersesat atau bingung mencari hotelnya sepulang dari masjid. Tidak jarang juga penulis menemui jamaah haji negara lain juga tersesat dan bertanya kepada penulis, kadang jamaah dari Iran, Irak, atau Pakistan dan India.
Selain faktor bangunan fisik hotel yang nyaris sama, faktor keamanan masjid nabawi turut berkontribusi pada nyasarnya jamaah haji. Kok bisa? Askar yang bertugas mengatur pergerakan jamaah supaya aliran manusia berjalan lancar, tidak bentrok atau macet yang mebahayakan para jamaah.
Untuk mengatur ini di sekitar masjid dipasangi tali atau barikade dari plastic yang membatasi area tertentu karena di satu titik masjid sudah penuh misalnya. Akibatnya, jamaah haji yang sudah mengingat-ingat jalan pulang ke hotelnya harus lewat pintu ini dan itu, akibat blokade jalur ini mereka harus mengikuti jalur yang sudah ditentukan.
Seringkali mereka akhirnya hilang karena jalur semakin jauh dari titik atau ancer-ancer yang mereka sudah ingat-ingat dari awal. Akhirnya mereka berjalan jauh keluar sektornya.
Hiruk pikuk jamaah haji dari berbagai negara yang sholat di Masjid Nabawi turut membuat jamaah lansia bingung memutuskan harus berjalan ke arah mana untuk pulang ke hotelnya. Ungkapan yang sering didengar antara lain, “hotel saya ke arah sana” ketika diyakinkan oleh petugas arah pulang hotelnya.
Akhirnya untuk meyakinkan, petugas mengantar jamaah lansia tersebut. Bila sektornya berdekatan dengan sektor 3, biasanya diantar sambal berjalan kaki. Tapi bila jauh (sektor 1 atau 5), maka diantar dengan mobil operasional sektor. (Mujadid Rais, Petugas Haji 2023)
(Maruf El Rumi)