Gus Baha menyebut jika seseorang menjadi wali yang mendapatkan manfaat adalah diri pribadi orang itu saja, sebab orang itulah yang diberi uang, misalnya, dan dihormati.
Namun jika menjadi alim, yang akan mendapat manfaat yakni agama Islam. Dengan alim atau ahli fikih, orang-orang menjadi mengaji kepada orang alim tersebut.
"Jadi orang-orang ingin belajar fikih, cara sholat, cara haji, cara istinja, dan belajar Islam secara benar," ungkapnya.
Kealiman atau kedalaman ilmu tersebut, menurut Gus Baha, juga sesuai khazanah keluarga Kiai Kajen yang ta'dimul ilmi atau ilmu adalah segala-galanya.
Gus Baha juga mengisahkan bahwa ia pernah mendengar cerita Mbah Mu'adz Thohir, pengasuh Pondok Pesantren Kulon Banon dan Pondok Pesantren Roudhoh At-Thohriyyah Kajen.
"Dulu ada anak Kajen yang hendak mondok di suatu pondok pesantren. Karena musholanya ada najis dan tidak disucikan, akhirnya anak tersebut tidak jadi dipondokkan di situ," kisahnya.
Menurut Gus Baha, ukuran atau standar akan hal itu adalah ilmu fikih.
"Jadi kalau ada orang ahli fikih yang memetik buahnya ialah agama Islam. Karena orang-orang jadi tahu halal haram, cara bersuci, cara shalat dan lain sebagainya," pungkasnya.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)