Di masa sulitnya di Kanada, Noe merasakan panggilan menuju kebenaran. Saat berada di masjid, dia menemui seorang syekh yang secara tulus menjawab pertanyaannya tentang setan.
Jawaban itu tidak hanya memberinya jawaban rasional, tetapi juga menyentuh hatinya. Dia merasa mendapat pencerahan yang mengubah pandangannya terhadap kehidupan dan keyakinan.
"Waktu itu saya tanya, benar enggak Tuhan Maha Adil? Benar enggak setan pasti masuk neraka? Benar enggak setan berkembang biak? Benar enggak ada kiamat?" tanya Noe Letto seperti dikutip dari kanal YouTube Cahaya untuk Indonesia.
"Seandainya setan berkembang biaknya membelah diri gimana? Jadi makhluk yang baru pun melakukan dosa seperti makhluk sebelumnya. Wah ketampar saya di situ, berati kemampuan saya memahami agama bukan dari limitasi agama. Tetapi limitasi pemahaman dan data yang saya miliki," imbuhnya.
Setelah momen yang mengubah kehidupannya itu, Noe memutuskan kembali pada agama Islam. Meskipun sudah menjadi Muslim, keraguan tentang hadits tetap menggelayuti pikirannya.
Dalam pencariannya akan kebenaran, ia memilih meletakkan Alquran di posisi tertinggi dalam keyakinannya. Alquran bagi Noe adalah sumber langsung dari ajaran Islam yang menjadi panduan utamanya, menggugah hati dan jiwa dengan kebijaksanaan serta cahaya kebenaran.
"Dalam sistem agama saya harus masuk pada aksioma, jadi dalam agama yang paling saya percaya sampai saat ini yang tinggi posisinya, yang saya percaya cuma Alquran, titik. Hadits itu masih ragu kadang-kadang," ungkapnya.