2. An-nafs al-lawwamah (jiwa yang menyesal karena melakukan maksiat)
Guna menjelaskan An-nafs al-lawwamah, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Surah Al Qiyamah Ayat 1–2:
لا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ (١) وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (٢)
"Aku bersumpah dengan hari kiamat, dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)."
Menurut Az-Zamakhsyariy, jiwa-jiwa manusia akan menyesali diri pada hari kiamat karena sedikitnya takwa mereka kepada Allah Subhanahu wa ta'ala saat di dunia.
Sebagai manusia, kita dianjurkan agar selalu berbuat kebaikan dan menghindari segala perilaku buruk agar terhindar dari jiwa yang menyesal karena telah melakukan maksiat.
3. An-nafs al-mutma'innah
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al Fajr Ayat 27–28:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya."
Menurut Az-Zamakhsyariy, seruan irji'i berarti ketika seseorang menemui kematiannya, atau ketika dibangkitkan dari kubur, atau ketika roh seseorang tersebut akan masuk surga.
4. An-nafs al-mulhamah (jiwa yang diilhami)
Seperti disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam Surah Asy-Syams Ayat 8:
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا
"Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya."
Allahu a'lam.
(Hantoro)