Ia juga menerangkan, kalau ada yang bertanya misalnya, "Kenapa kok di Indonesia harus pemimpin Muslim? Kan kita Bhinneka Tunggal Ika, lebih majemuk, ada agama-agama lain?"
"Ini sering saya kasih contoh di pengajian, rasionalnya saja, kita tidak usah bicara masalah dalil agama, karena dalil agama itu akan sangat panjang," kata Ustadz Khalid Basalamah.
Dia melanjutkan, kalau misalnya di Australia tiba-tiba ada satu orang Muslim menonjol menjadi kandidat presiden misalnya di pilpres mereka, atau di Amerika, atau di Jepang, atau di Korea, kira-kira ganjil atau tidak? Jawabannya pasti akan ganjil, karena di sana Muslim berstatus minoritas.
Ia menegaskan, secara rasional seharusnya Indonesia sama, karena dihuni 80 persen lebih Muslim, maka sangat ganjil kalau ada orang dari agama lain yang memimpin yang mayoritas. Seperti itu rasionalnya.
"Jadi kita poin pertama mendahulukan agama dulu, kemudian baru yang kedua adalah ilmu yang dia ketahui. Pengalaman, pengetahuan, tentang masalah pemerintahan itu sendiri. Dia harus punya background tentang masalah itu, dia tahu tentang masalah politik, hubungan luar negeri. Kemudian bagaimana menjaga keamanan, stabilitas negara, mengatur APBN, dan segala macam. Itu kan harus semua dikuasai," paparnya.
Dia mengungkapkan, jadi tidak bisa orang yang tak punya pengalaman kemudian tiba-tiba dinobatkan menjadi pemimpin. Sebab kata Nabi Shallallahu alaihi wassallam dalam sebuah hadits shahih, "Kalau satu perkara itu dikembalikan kepada selain ahlinya maka tunggulah kehancuran."
"Jadi kalau orang sembarangan dicomot langsung dimasukin maka itu akan jadi masalah," pungkasnya.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)