Apakah Merayakan Nuzulul Quran Bid'ah?

Hantoro, Jurnalis
Kamis 28 Maret 2024 13:24 WIB
Ilustrasi hukum merayakan Nuzulul Quran pada 17 Ramadhan. (Foto: Shutterstock)
Share :

APAKAH merayakan Nuzulul Quran bid'ah? Diketahui bahwa sejumlah Muslim pada malam ke-17 bulan Ramadhan memperingati Nuzulul Quran atau turunnya kitab suci Alquran.

Peringatan Nuzulul Quran dilakukan seperti hari-hari besar lainnya dalam agama Islam. Berbagai acara digelar di mushola atau masjid.

Dilansir pppa.id, peringatan Nuzulul Quran di Indonesia biasanya diisi dengan membaca Alquran, khataman Alquran, tasyakuran, ceramah keislaman, santunan, dan sebagainya. Jadi secara sekilas, memperingati Nuzulul Quran itu boleh-boleh saja, bahkan jika peringatan itu dilakukan dengan cara-cara atau dengan sejumlah amalan baik, maka amat dianjurkan.

Jadi, tanggal atau waktu Nuzulul Quran hanya dimanfaatkan sebagai momentum untuk melakukan hal-hal baik tersebut. Namun, biasanya ada sanggahan dari beberapa orang yang mengaitkan peringatan Nuzulul Quran dengan istilah bid'ah. 

Bid'ah sendiri, secara singkat, dapat diartikan sebagai sesuatu hal baru yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.

Perlu diketahui bahwa dalam Islam, bid'ah terbagi menjadi dua, yakni bid'ah hasanah dan bid'ah dhalalah. Bid'ah hasanah adalah suatu perbuatan yang tidak ada di zaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam tapi itu bersifat baik dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Sedangkan bid'ah dhalalah sebaliknya, yakni perbuatan yang tidak ada di zaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dan bersifat buruk atau bertentangan dengan syariat Islam.

Dari sini bisa diidentifikasi bagaimana hukum merayakan Nuzulul Qur'an. Jika dilihat dari apa yang dilakukan, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa hukum peringatan Nuzulul Qur'an adalah boleh.

Peringatan ini memang tidak terjadi di zaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam, namun dijalankan dengan sejumlah hal-hal positif yang menambah amalan baik setiap orang yang menjalankannya. 

Sementara disitat dari Muslim.or.id, Ustadz dr Raehanul Bahraen M.Sc Sp.PK mengungkapkan sebagian Muslim menyakini bahwa Alquran turun pada tanggal 17 Ramadhan. Hal ini tidak tepat, karena sudah sangat jelas bahwa Alquran turun pada malam Lailatul Qadar.

Hal tersebut ditegaskan dalam berbagai ayat Alquran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔِ ﺍﻟْﻘَﺪْﺭِ ‏

Artinya: "Sesungguhnya kami menurunkan Alquran pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar)." (QS Al Qadr: 1)

Imam Al Qurthubi menjelaskan:

إنا أنزلناه يعني القرآن

Artinya: "Kami turunkan yaitu Alquran." (Tafsir Al Qurthubi)

Demikian juga firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

ﺇِﻧَّﺎ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ ﻣُّﺒَﺎﺭَﻛَﺔٍۚ ﺇِﻧَّﺎ ﻛُﻨَّﺎ ﻣُﻨﺬِﺭِﻳﻦَ ‏

Artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkan Alquran pada malam yang diberkahi, sungguh Kamilah yang memberi peringatan." (QS Ad-Dukhan: 3)

Imam Al Qurthubi menjelaskan ayat ini:

إنا أنزلناه في ليلة مباركة ، يريد : في ليلة القدر

Artinya: "Sungguh Kami turunkan pada 'malam yang diberkahi' yaitu malam Lailatul Qadar." (Tafsir Al Qurthubi)

"Setelah kita mengetahui bahwa turunnya Alquran pada malam Lailatul Qadar, maka kita perlu melihat nash-nash yang menjelaskan kapan malam Lailatul Qadar," papar Ustadz dr Raehanul Bahraen.

Hadits yang sudah terkenal yaitu malam Lailatul Qadar sangat besar kemungkinan turun pada 10 malam terakhir Ramadhan yaitu tanggal 20 ke atas di bulan Ramadhan. Sehingga, apabila meyakini dengan pasti turunnya Alquran pada tanggal 17 Ramadhan tentu tidak tepat.

Rasulullahu Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

تحروا (و في روية: التمسوا) ليلة لقدر في (الوتر من) العشر الأواخر من رمضان

Artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan." (HR Bukhari dan Muslim)

Bahkan dalam hadits lainnya kemungkinan malam Lailatul Qadar pada tujuh malam terakhir yaitu tanggal 22 Ramadhan ke atas.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

التمسوها في العشر الأواخر فأن ضعف أحدكم فلا يغلبن على السبع البواقى

Artinya: "Carilah di sepuluh malam terakhir, apabila tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh malam tersisa." (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits-hadits lainnya dijelaskan bahwa Lailatul Qadar ada kemungkinan turun pada hari 25 dan 27 Ramadhan.

Sahabat Ubay bin Ka'ab pernah berkata:

وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ ع بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

Artinya: "Demi Allah aku tahu kapan malam itu, yaitu malam yang kita diperintah Rasulullah untuk menghidupkannya, yaitu malam ke-27." (HR Muslim)

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابِعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى

Artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Pada malam ke-29, ke-27, ke-25." (HR Bukhari)

Wallahu a'lam bisshawab

(Hantoro)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Muslim lainnya