Kemudian kawah-kawah tersebut menumpahkan lahar-lahar dalam volume yang sangat besar dan lahar-lahar itu mengisi lubang-lubang besar tersebut. Kemudian bulan menjadi dingin.
Gunung-gunung di bulan menjadi tidak aktif dan lahar-lahar berhenti mengalir. Dengan demikian, matilah bulan dan tidak terlihat nyalanya setelah sebelumnya menyala.
Kembali ke Alquran Surat Al Isra' Ayat 12, perhatikan penggunaan kata mahauna (kami hapuskan. Kata dasarnya: al-mahwu). Kata al-mahwu (penghapusan) menurut para pakar bahasa berarti ath-thams (melenyapkan cahaya atau sinar) dan al-izalah (menghilangkan).
Artinya, Allah Subhanahu wa Ta'ala melenyapkan dan menghilangkan sinar bulan, bukan melenyapkan keberadaan bulan itu sendiri. Bulan masih tetap ada, tetapi sinar dan cahayanya dilenyapkan. Hal ini sudah jelas dari redaksi Alquran yang menyebutkan "tanda malam" atau bulan dan "tanda siang" atau matahari.
Kata ath-thams secara khusus digunakan untuk yang berkaitan dengan cahaya atau sinar. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kami jadikan tanda siang itu terang benderang (bisa membuatmu melihat)." (QS Al Isra': 12)
Ayat tersebut menggunakan redaksi mubshirah (menjadikanmu bisa melihat ). Hal ini untuk membandingkan cahaya yang menjadi tanda malam (bulan) dengan cahaya yang menjadi tanda siang (matahari). Cahaya yang pertama akhirnya mati, sedangkan cahaya kedua masih ada dan karenanya kita bisa melihat.
Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyebutkan pada saat ini di bulan terjadi aktivitas gempa kecil-kecilan dan sedikit letupan panas. Fakta ini mengisyaratkan bahwa sebagian besar aktivitas di dalam perut bulan telah berhenti sejak lama sekali.