Betapa terkejutnya sang komandan dan para prajurit. Sikap sombong yang tadi menyelimuti mereka seakan berubah menjadi rasa takut.
"Wahai, Tuan Abu Nawas, sebenarnya kebohongan apa yang mereka sangkakan kepada Anda?" tanya sang panglima.
"Wahai, panglima. Mereka memintaku menunjukkan tempat untuk bersenang-senang. Tentu saja aku tunjukkan kuburan, karena kuburan adalah tempat yang lebih baik bagi orang-orang yang taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala," jelas Abu Nawas.
"Di sana pula dia akan mendapat hidangan yang nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Terbebas dari rasa fitnah dan kejahatan manusia serta makhluk lainnya," imbuhnya serius.
Panglima tersenyum mendengar penjelasan Abu Nawas. Komandan istana lantas buru-buru mendekati Abu Nawas.
"Maafkan hamba, Tuan Abu Nawas. Andai saja hamba mengetahui bahwa Anda adalah Tuan Abu Nawas, tentu kami tidak akan berani membawa tuan ke hadapan panglima," kata komandan lagi.
"Wahai komandan, apakah aku telah membohongi kalian? Bukankah aku berkata benar. Aku adalah abdi, dan setiap orang adalah abdi Allah Subhanahu wa Ta'ala, termasuk kalian semuanya," tutur Abu Nawas.
"Anda benar tuanku," jawab komandan dengan malu hati.
Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)