HADITS Arbain ke-1 tentang niat dan ikhlas beserta penjelasannya dibahas dalam artikel berikut ini. Hadits Arbain merupakan kumpulan hadits sahih yang disusun Al Hafizh Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi atau Imam An-Nawawi.
Imam An-Nawawi menyantumkan hadits-hadits yang shahih, namun terdapat juga dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Kali ini dikaji hadits Al-Arbain An-Nawawiyah nomor 1 tentang niat yaitu setiap amalan tergantung pada niat.
Dikutip dari laman Rumaysho, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal M.Sc menerangkan, dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh 'Umar bin Al-Khattab radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju." (HR Bukhari nomor 1 dan Muslim: 1907)
Penjelasannya
Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal menjelaskan, hadits ini menerangkan bahwa setiap amalan benar-benar tergantung pada niat. Setiap orang akan mendapatkan balasan dari apa yang ia niatkan.
"Balasannya sangat mulia ketika seseorang berniat ikhlas karena Allah, berbeda dengan seseorang yang berniat beramal hanya karena mengejar dunia seperti karena mengejar wanita," bebernya.
Dalam hadits disebutkan contoh amalannya yaitu hijrah, ada yang berhijrah karena Allah dan ada yang berhijrah karena mengejar dunia.
Niat secara bahasa berarti al-qashd (keinginan). Sedangkan niat secara istilah syari, yang dimaksud adalah berazam (bertekad) mengerjakan suatu ibadah ikhlas karena Allah, letak niat dalam batin (hati).
Kalimat “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya”, ini dilihat dari sudut pandang al-manwi, yaitu amalan. Sedangkan kalimat “Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan”, ini dilihat dari sudut pandang al-manwi lahu, yaitu kepada siapakah amalan tersebut ditujukan, ikhlas lillah ataukah ditujukan kepada selainnya.
Niat Butuh Ikhlas
Dalam beramal butuh niat ikhlas. Sebab dalam hadits disebutkan amalan hijrah yang ikhlas dan amalan hijrah yang tujuannya untuk mengejar dunia. Hijrah pertama terpuji, hijrah kedua tercela.
Ibnu Mas'ud menceritakan bahwa ada seseorang yang ingin melamar seorang wanita. Wanita itu bernama Ummu Qais. Wanita itu enggan untuk menikah dengan pria tersebut, sampai laki-laki itu berhijrah dan akhirnya menikahi Ummu Qais. Maka orang-orang pun menyebutnya Muhajir Ummu Qais.
Lantas Ibnu Mas'ud mengatakan, "Siapa yang berhijrah karena sesuatu, fahuwa lahu (maka ia akan mendapatkannya, pen)." (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:74-75. Perawinya tsiqah sebagaimana disebutkan dalam Tharh At-Tatsrib, 2:25. Namun Ibnu Rajab tidak menyetujui kalau cerita Ummu Qais jadi landasan asal cerita dari hadits innamal a’malu bin niyyat yang dibahas).
Namun tentu hijrah bukan karena lillah, cari ridha-Nya, maka tidak dibalas oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tidak Cukup Niat Ikhlas, juga Harus Ittiba'
Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah mengatakan:
إن العمل إذا كان خالصا ولم يكن صوابا لم يقبل وإذا كان صوابا ولم يكن خالصا لم يقبل حتى يكون خالصا وصوابا فالخالص أن يكون لله والصواب أن يكون على السنة
"Yang namanya amalan jika niatannya ikhlas namun tidak benar, maka tidak diterima. Sama halnya jika amalan tersebut benar namun tidak ikhlas, juga tidak diterima. Amalan tersebut barulah diterima jika ikhlas dan benar. Yang namanya ikhlas, berarti niatannya untuk menggapai ridha Allah saja. Sedangkan disebut benar jika sesuai dengan petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam." (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:72)
Demikianlah penjelasan mengenai hadits Arbain ke-1 tentang niat dan ikhlas. Wallahu a'lam bisshawab.
(Hantoro)