INILAH kisah ketika Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dibuat sedih hingga membuat malaikat penjaga gunung jadi marah. Hal itu seperti dijelaskan dalam kitab "Shahih Bukhari" volume 4 hadits nomor 3231.
Bermula dari istri Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam bertanya mengenai hari yang lebih buruk ketimbang Perang Uhud. Ternyata ada hari tersebut menurut Rasulullah.
"Ya, itu adalah hari Aqabah di Thaif," jawab Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam.
Hari yang dimaksud oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam adalah ketika beliau menyampaikan dakwah atau pesan Islam kepada penduduk Thaif. Bukannya mendapat sambutan baik, beliau justru mengalami perlakuan kejam.
Mereka menimpuki Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam dengan batu dan sama sekali mengabaikan pesannya. Tentunya mereka juga tidak mematuhi apa yang disampaikan Rasulullah.
Setelah kejadian tidak menyenangkan, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam berbaring dan menatap matahari. Saat itu juga datanglah gumpalan awan kelabu.
Rupanya Malaikat Jibril telah datang kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam. Dia menyampaikan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengetahui perilaku buruk penduduk Thaif.
"Allah telah menyaksikan apa yang mereka lakukan kepadamu, dan bagaimana perlakuan mereka kepadamu. Jadi Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk membantumu," ujar Malaikat Jibril.
Ya, malaikat penjaga gunung benar-benar dipanggil oleh Malaikat Jibril atas perintah Allah Azza wa Jalla. Dia lantas menawarkan diri untuk melakukan apa pun yang dikehendaki Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam.
"Tuhanmu telah mengutusku, dan kami telah mendengar serta menyaksikan apa yang dilakukan orang-orang kepadamu. Perintahkanlah apa yang harus kulakukan. Apa pun katamu akan kulakukan. Apa kau ingin aku mengangkat dua gunung di Kota Makkah? Sehingga, orang-orang itu akan remuk karena terhimpit gunung itu?" tanya malaikat penjaga gunung.
Meskipun bisa saja meminta bantuan malaikat penjaga gunung untuk membalas perlakuan buruk terhadapnya, Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam menolaknya. Beliau justru lebih ingin jika penduduk Thaif kelak bisa mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla.
"Tidak, aku lebih mengizinkan jika Allah Subhanahu wa ta'ala menjadikan keturunan dari orang-orang ini, generasi orang-orang setelah ini, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya," jawab Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam.
Betapa mulianya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam. Di hati terburuknya sekalipun beliau tidak menyimpan dendam sama sekali.
Allahu a'lam bissawab.
(Hantoro)