Linda juga memiliki pengalaman sempat terbangun dini hari mendengar suara adzan. Namun saat itu dia belum paham kalau itu tanda hidayah dari Allah Subhanahu wa ta'ala.
"Adzan jam 2 pagi kan enggak mungkin. Pas saya cerita ke suami, dia cuma senyum aja, enggak jelasin gimana-gimananya. Karena dia juga enggak mau memaksa saya masuk Islam," katanya.
Akhirnya pada 2013, Linda resmi menjadi mualaf. Dia membaca dua kalimat syahadat di Masjid Lautze Jakarta.
"Saya kaget yang nyaksiin banyak banget dari keluarga teman saya itu. Islam begini ya welcome banget buat yang masuk Islam. Banyak keluarga teman saya yang dukung. Saat itu orangtua saya enggak tahu. Akhirnya baca syahadat. Alhamdulillah lancar dibimbing dan disaksikan bapak dan kakek dari teman saya. Mereka yang jadi saksi," ungkapnya.
Selang kurang lebih dua bulan, Linda baru memberi tahu orangtuanya. Awalnya sang ayah kaget dan marah. Sebab, ayahnya tidak tahu betul tentang Islam.
"Saya disuruh tanya ke keluarga almarhum ibu saya, ternyata mereka menyerahkan keputusan semuanya ke saya. Pas saya bilang ke papa saya, dia malah kaget, merasa kayak didukung anaknya masuk Islam. Terus papa bilang, 'Pokoknya kalau kamu tetap di Islam saya enggak mau nganggep kamu anak.' Panik dong saya," ucapnya.
Kemudian Linda bercerita ke temannya itu tentang respons ayahnya. Temannya itu akhirnya berencana menikahinya. Mereka datang ke rumah ayah Linda di Cirebon. Merasa takut dengan respons ayahnya, namun justru ayahnya sangat baik.
Kemudian Linda akhirnya menikah. Kebahagiaan makin lengkap ketika sang ayah akhirnya juga menghadiri acara pernikahan itu.
Dari resepsi tersebut, ayahnya melihat respons keluarga suaminya yang Islam sangat baik, sehingga dia bisa menerima Linda menjadi mualaf dengan lapang dada.
Allahu a'lam bissawab.
(Hantoro)