JAKARTA - Pendakwah kondang KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengungkapkan salah satu cara terbaik menyambut Ramadhan yakni meniru cara ulama dengan meningkatkan intensitas belajar-mengajar atau mengaji.
Menurut Gus Baha, melansir laman NU, Selasa (18/2/2025), umumnya para ulama menyiapkan diri menyambut Ramadhan dengan mengaji ilmu agama, baik berkaitan dengan tafsir, fiqih, akhlak, dan lain sebagainya. Beberapa kiai di pesantren sudah mulai membacakan kitab berisikan ilmu agama sejak pertengahan kedua dari bulan Syaban.
"Kesibukan saya jelang Ramadhan standar saja, mempersiapkan mengaji, lebih banyak mengajinya. Biasanya orang datang ke rumah untuk mengaji, Ramadhan saya di rumah," kata Gus Baha seperti dikutip dari akun Youtube Najwa Shihab.
Dalam tradisi pesantren, Ulama Pengasuh Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Alquran (LP3IA) Rembang itu menjelaskan, untuk mendalami literatur ulama terdahulu ada tradisi yang namanya pasaran. Seluruh civitas pesantren akan mengaji kitab dengan intesitas lebih banyak dibanding bulan-bulan selain Ramadhan.
Ia menjelaskan, logikanya, Ramadhan yang diyakini sebagai bulan berkah harus dimanfaatkan untuk hal baik seperti belajar-mengajar.
Tak mengherankan, seorang ulama pesantren yang ketika bulan selain Ramadhan hanya mengaji satu kitab, lalu mendekati Ramadhan menambah kitab yang dikaji. Contohnya, habis subuh sampai dua kitab, setelah Isya seorang kiai baca dua kitab lagi.
“Kalau tradisi di kami, di pesantren, misalnya satu kiai mengajar 2-3 kitab setelah sholat fardhu. Bisanya kalau Ramadhan ini full. Karena ini untuk melengkapi orang Indonesia dapat berkahnya Ramadhan," ucapnya.
Tujuan mengaji kata Gus Baha, yaitu mendidik dan menjelaskan hukum syariat kepada santri maupun masyarakat. Dengan membuka kajian fiqih dan lain sebagainya, masyarakat bisa mengetahui niat puasa, syarat puasa, hal yang membatalkan puasa.
"Kalau kita belajar kitab atau membacakan kitab ke masyarakat supaya tahu caranya niatnya orang dulu ketika puasa atau cara pandang orang dulu tentang puasa,” kata Gus Baha.