JAKARTA - 1 Muharram disebut sebagai Tahun Baru Islam karena menjadi bulan pembuka dalam kalender Hijriah, sistem penanggalan yang digunakan umat Islam. Penetapan Muharram sebagai awal tahun tidak terjadi secara kebetulan, melainkan melalui pertimbangan sejarah dan nilai spiritual yang sangat penting bagi perkembangan peradaban Islam.
Penanggalan Hijriah mulai dirumuskan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, tepatnya pada tahun ke-17 Hijriah. Melansir laman MUI, Rabu (25/6/2025), saat itu, Gubernur Abu Musa al-Asy’ari mengirimkan surat kepada Umar bin Khattab yang mengungkapkan kebingungannya karena surat-surat resmi dari pusat pemerintahan hanya mencantumkan tanggal dan bulan, tanpa tahun. Hal ini menyulitkan pencatatan administrasi dan pengarsipan.
Pada masa itu, umat Islam masih mengikuti sistem penanggalan Arab pra-Islam yang belum memiliki perhitungan tahun konsisten. Kadang tahun dihitung berdasarkan peristiwa besar, seperti kematian tokoh tertentu atau peristiwa serangan pasukan gajah ke Makkah atau yang lebih dikenal dengan Tahun Gajah.
Khalifah Umar bin Khattab kemudian membentuk tim yang terdiri atas para sahabat, seperti Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf untuk menyusun kalender Islam secara resmi.
Salah satu keputusan pertama yang harus diambil adalah menentukan momen awal yang layak dijadikan sebagai titik nol kalender Islam. Beberapa sahabat mengusulkan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, tahun diangkatnya beliau sebagai Rasul atau bahkan tahun wafatnya. Namun, usulan Ali bin Abi Thalib lah yang disepakati yakni menjadikan tahun hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah sebagai awal tahun Islam.
Peristiwa hijrah dipilih karena merupakan tonggak penting dalam sejarah umat Islam. Hijrah menandai transformasi besar dari tekanan dan penindasan di Makkah menuju pembentukan masyarakat Islami yang mandiri di Madinah.
Meskipun Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah pada 12 Rabi’ul Awwal, proses hijrah sudah dimulai sejak bulan Muharram, melansir NU online. Bahkan, pada akhir bulan Dzulhijjah terjadi peristiwa penting, yaitu Baiat Aqabah kedua. Pada peristiwa itu para sahabat dari Madinah menyatakan kesiapan untuk menerima dan membela Nabi. Beberapa sahabat juga telah lebih dulu berhijrah ke Madinah.
Karena niat, tekad, dan persiapan hijrah dimulai sejak Muharram, bulan inilah yang dianggap paling tepat untuk membuka tahun baru Islam. Keputusan ini didukung Utsman bin Affan dan disetujui Umar bin Khattab sebagai khalifah.
Selain itu, Muharram merupakan bulan suci yang telah dimuliakan bahkan sebelum Islam datang. Dalam Islam, bulan ini memiliki keutamaan, di antaranya anjuran memperbanyak amal kebaikan karena pahala yang digandakan.
Penetapan 1 Muharram sebagai awal tahun baru Islam tidak dibuat secara sembarangan, melainkan melalui pertimbangan sejarah yang mendalam.
Meskipun peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW secara fisik terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal, proses dan hijrah dimulai sejak bulan Muharram, tepat setelah peristiwa Baiat Aqabah kedua di akhir Dzulhijjah. Dari sinilah muncul kesepakatan Muharram adalah titik awal yang paling tepat untuk membuka kalender Islam.
Selain itu, Muharram memang telah lama dikenal sebagai salah satu dari empat bulan suci yang dimuliakan dalam ajaran Islam. Pemilihannya sebagai bulan pertama, karena dalam bulan ini umat Muslim dianjurkan memperbanyak amal baik dan menjauhi perbuatan dosa.
Karena itu, 1 Muharram akhirnya ditetapkan sebagai awal tahun dalam sistem penanggalan Hijriah, yang dikenal hingga hari ini sebagai Tahun Baru Islam. Wallahulam
(Erha Aprili Ramadhoni)