JAKARTA – Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menegaskan halal tak sekadar label produk, tapi filosofi hidup yang berakar pada etika, spiritualitas, dan keadilan.
“Halal itu bukan hanya label, tapi sebuah cara hidup. Halal terpatri dalam konsep tiga hal: kebaikan, keutuhan, dan keadilan,” katanya saat peluncuran SGIE Report 2024/2025 dan peringatan 10 tahun Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), melansir laman Kemenag, Rabu (9/7/2025).
Ia menilai, pertumbuhan konsumen halal saat ini mencerminkan peningkatan kesadaran etis dan spiritual masyarakat global. Karena itu, sistem jaminan halal perlu terus diperkuat agar dapat diterima secara universal.
“Dalam ekosistem halal, kementerian kita berkomitmen mendukung pertumbuhan, transparansi, dan sistem jaminan halal yang diakui secara global,” ucapnya.
Menag juga menyampaikan apresiasinya terhadap laporan SGIE 2024/2025 yang menyebut pengeluaran umat Muslim di sektor ekonomi Islam mencapai USD2,29 triliun pada 2022. Sektor makanan halal, busana syar’i, dan media naik pesat.
“Indonesia berdiri sebagai yang ketiga secara global dalam sektor ekonomi Islam. Kami bertekad mempertahankan serta meningkatkan posisi itu tahun ini,” ungkapnya.
Nasaruddin menyebutkan, Kemenag punya peran sentral dalam mendukung ekosistem ekonomi Islam. Tak hanya lewat layanan keagamaan, tetapi juga melalui zakat, wakaf, pendidikan Islam, dan transparansi keuangan berbasis syariah.
“Kita percaya ekonomi Islam harus inklusif, berpihak pada yang lemah, dan berbasis keadilan,” ujarnya.
Menag juga menegaskan pentingnya kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk IHLC, dalam memperkuat gaya hidup halal secara global. Selama satu dekade terakhir, IHLC telah menjembatani kesadaran keislaman dengan inovasi ekonomi.
“Saya mengucapkan selamat kepada IHLC atas capaian penting ini, dan mendorong agar terus menjadi jembatan antara spiritualitas dan inovasi ekonomi,” tuturnya.
(Erha Aprili Ramadhoni)