Tidak tanggung-tanggung, semua petugas Sektor Bir Ali dan Terminal Hijrah bekerja selama lebih dari 17 jam. “Kami berjumlah 15 orang yang terbagi dalam dua shift (tim A dan B). Mulai berangkat dari Kantor Daker Madinah pukul 09.00 WAS dan berakhir paling cepat pukul 02.00,” kata Syafruddin Tanjung seraya menginformasikan, posnya memberlakukan sistim kerja sehari masuk dan sehari libur.
Menurut Syafruddin Tanjung, tahun-tahun sebelumnya ada kontainer yang dijadikan sebagai kantor sekaligus tempat berlindung. Namun tahun ini kontainer tersebut sudah digusur untuk pembangunan Terminal Hijrah. Sehingga sektor ini sama sekali tidak memiliki tempat beristirahat.
Bila pada masa pra-Armina, petugas di Bir Ali berperan memastikan jamaah berihram sempurna dan mengambil miqot umrah quddum, di Terminal Hijra, petugas mencatat data bus yang datang. Mereka lalu menginformasikan kedatangan bus kepada petugas sektor atau pemondokan melalui Bravo (handy talkie).
“Kami laporkan kloter berapa yang sudah datang melalui Bravo. Ini supaya petugas sektor pemondokan yang dituju bisa segera menyiapkan hotelnya. Begitu juga dengan katering,” ucap Letnan Kolonel dari kesatuan Kostrad di Gambir tersebut.
Selain cuaca panas, tantangan kedua adalah harus mengejar atau menghentikan bus yang stiker kloternya terlepas dari kaca depan bus. Stiker ini bisa lepas karena tertiup kencangnya laju bus. “Kami harus berhentikan agar bisa memastikan dari kloter supaya akomodasinya siap,” imbuhnya.