Maraknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh murid kepada gurunya, menimbulkan sebuah tanda tanya besar di tengah masyarakat. Apakah ada yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia selama ini?
Padahal, bila dikaitkan dengan ajaran Islam, Nabi Muhammad SAW sebetulnya telah memberi contoh tentang metode pendidikan yang baik dan benar. Seperti dijelaskan oleh Ustadz Najmi Fathoni.
Kepada Okezone, Najmi mengatakan bahwa Rasulullah mendidik keluarga, sahabat dan kuam, tidak hanya berdasarkan teori tetapi juga dilengkapi dengan contoh dan perbuatan.
Hal tersebut juga dilakukan dengan melihat berbagai aspek, sehingga seluruh informasi dan ilmu yang diberikan dapat diterima baik oleh kaumnya. Contoh kecilnya, Nabi Muhammad SAW selalu menyusaikan pola komunikasinya ketika bertemu dengan murid maupun sahabat yang memiliki latar belakang berbeda.
"Ketika Nabi Muhammad berbicara dengan seorang budak, Bilal misalkan, bahasanya akan sangat berbeda ketika dia berhadapan sengan Umar bin Khattab, beda juga dengan Abu Bakar, atau Utsman bin Affan yang dikenal melankolis," terang Ustadz Najmi Fathoni saat mengunjungi kantor Okezone di Gedung iNews Center lt.12, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (2/5/2019).
Lebih lanjut, Najmi mengatakan, ketika ada orang miskin yang datang kepada Rasulullah dan bertanya, 'Amal apakah yang harus ku lakukan?', Nabi menjawab beramal lah dengan dengan tenagamu.
"Kalau org miskin disuruh beramal dengan harta, bisa stres lah dia. Sementara orang kaya, rasulullah berpesan untuk beramal dengan mal atau harta mereka. Jadi disesuaikan dengan kemampuan mereka masing-masing," tambahnya.
Dari contoh di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa salah satu metode pengajaran Nabi Muhammad SAW selalu dimulai dengan bahasa yang mudah dan dimengerti oleh kaumnya. Sehingga sang murid tidak ada yang menolah dan bisa menerima semua ajaran yang disampaikan.
Sementara untuk sistem pengajarannya sendiri, sejak zaman dahulu, Rasulullah selalu menerapkan sistem halaqha, zaman sekarang bisa diibaratkan seperti pesantren.
Kala itu, pertama kali Nabi Muhammad SAW berdakwah di Mekkah, ia melakukan secara sembunyi-sembunyi di rumah Ibnu Al Arkom. Jumlah muridnya masih bisa dihitung dengan jari yakni, 7 orang sahabat. Kendati demikian, Rasulullah tetap mengajarkan mereka dengan sepenuh hati.
"Sahabatnya waktu itu diajarkan satu-satu cara membaca Al Quran, dan langsung dicontohkan. Kalau mengajarkan sesuatu yang kita tidak lakukan tentu orang yang diajar tidak akan percaya. Pola pendidikan inilah yang dilakukan oleh Rasulullah," jelas Najmi.
Di samping itu, Najmi menjelaskan bahwa Rasulullah juga selalu mengajar dengan pola menggembirakan, melalui medium kiasan-kiasan atau kisah-kisah nabi terdahulu. Itulah sebabnya sekarang banyak guru yang mengajarkan murid-muridnya melalui dongeng.
"Beliau itu mengajar tidak pernah menakutkan dan tidak menggurui, tapi langsung terlibat. Sehingga terjadi kesetaraan antara yang mengajar dan diaja. Jadi mereka sama-sama belajar dan mengamalkan," kata Najmi.
Nilai-nilai inilah yang terkadang dilupakan oleh para guru zaman sekarang. Mereka seolah kehilangan arah, karena sudah terlalu banyak dibebani oleh mata pelajaran yang dipaksa untuk segera diajarkan kepada murid. Padahal, mereka sendiri lupa memberikan contohnya.
Tak heran bila akhir-akhir ini, banyak anak yang mulai berani melawan guru, karena tidak ada keteladanan dari gurunya sendiri.
"Maka yang ingin saya telankan disini, pendidikan ala Rasulullah adalah pendidikan penuh keteladanan," tutup Ustadz Najmi Fathoni.
(Helmi Ade Saputra)