Pertama disebutkan ialah golongan orang-orang yang “ala kulli hayyin”, yakni orang-orang yang hatinya lapang. Melapangkan hati inilah yang salah satunya diajarkan dalam berpuasa, berhati lapang, menyingkirkan rasa dendam. Maka memang saat berpuasa itu ada yang kita hindari, ada yang kita tinggalkan, ada yang kita amalkan. Saat berpuasa kita melatih diri untuk tidak menjadi orang yang gampang marah, contohnya Baginda Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu, Rasulullah SAW mengatakan orang-orang yang ‘Hayyin’ adalah orang-orang yang kelak bebas dari api neraka.
Golongan kedua ialah Layyin, orang-orang yang lisannya lembut, tidak pernah berkata kasar pada siapapun. Patut kita ingat dalam hati dan pikiran kita, dikatakan sesungguhnya ketika orang berkata kasar atau menghina siapapun, baik rekan kerja, ataupun sanak keluarga, sesungguhnya orang tersebut tengah berkata kasar kepada yang menciptakannya. yg menciptakannya.
Selanjutnya ada yang disebut dengan ‘Qaribin’, yakni akrab atau dengan kata lain tidak membeda-bedakan orang dari latar belakangnya. Baik itu latar belakang agama, suku, dan sebagainya. Sebab sejatinya, yang membedakan sesama manusia hanyalah ketakwaannya pada Allah SWT.
Terakhir, Ustadz Najmi menyebutkan ialah golongan ‘Sahlin’, yakni orang-orang yang setiap harinya berpikir bukan untuk berbuat curang alias culas. Namun menghadirkan dirinya sebagai suatu jawaban.
“Sahlin, hadirnya kita menjadi solusi di manapun adanya. Baik di dalam rumah tangga, di lingkungan bekerja, di manapun adanya. Sehingga orang-orang yang sahlin ini yang kelak juga termasuk terbebas dari siksa api neraka. Jadi intinya, belajar menahan bukan hanya soal nahan lapar dan dahaga, tapi juga belajar menahan diri untuk menjadi orang yg hatinya lapang, lisannya lembut, tidak membeda-bedakan siapapun, dan bisa hadir menjadi sebuah solusi di manapun,” pungkas Ustadz Najmi menutup tausiyah.
(Renny Sundayani)