"Bulan Ramadan ini akan menjadi ujian, tetapi kedamaian yang Anda dapatkan sangat indah," ujar Hamza.
Menanggapi kendala yang dihadapi para atlet Muslim, Dr Anikar Chhapbra, selaku direktur kedokteran olahraga dari Mayo Clinic Arizona mengatakan, kesalahan terbesar yang dilakukan oleh banyak atlet adalah mereka tidak melakukan perencanan yang matang.
Meski selama ini Chhabra belum pernah bekerjasama dengan atlet yang menjalani ibadah puasa, ia mengaku telah memberikan nasihat kepada sejumlah atlet Muslim yang bersikeras tetap ingin berpuasa dengan segudang jadwal latihan dan kompetisi yang sangat padat.
"Jika Anda ingin mempertahankan jadwal yang ketat dalam kondisi berpuasa, tubuh Anda dapat menyesuaikan dengan pola itu, tapi dibutuhkan perjuangan yang ekstra," kata Chhabra.
Kuncinya, kata Chhabra, adalah menyadari bahwa para atlet mungkin tidak dapat memperoleh hasil yang signifikan selama bulan Ramadan, terutama jika cabang olahraga mereka membutuhkan kebugaran aerobik.
Sebagai gantinya, mereka harus fokus pada latihan pembentukan otot yang lebih sedikit, dan menjaga kebugaran tubuh. Kesalahan umum yang sering dilakukan para atlet muslim adalah mereka berbuka puasa di malam hari dengan mengonsumsi makanan berlemak dan mengandung gula.