Rancangan bangunan Masjid Al-Safar di Bandung yang diarsiteksi Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menjadi polemik setelah muncul tuduhan bahwa konstruksi tempat ibadah itu menampilkan simbol-simbol Illuminati. Iluminati adalah kelompok persaudaraan rahasia kuno dan diyakini masih ada sampai sekarang, meskipun tidak ditemukan bukti nyata tentang keberadaannya.
Ridwan Kamil, selaku arsitek di balik rancangan masjid tersebut pun berupaya menjelaskan kepada publik terkait polemik desain masjid itu dengan mengikuti diskusi umum di Bale Asri Pusdai Jabar, Kota Bandung, pada Senin (10/06).
Turut hadir dalam diskusi itu adalah Rahmat Baequni, seorang ustad yang mempersoalkan desain Masjid Al Safar lantaran dianggap mirip simbol illuminati atau Dajjal, yaitu segitiga dan mata satu.
Bagaimana polemik ini mengemuka?
Tuduhan bahwa desain Masjid Al Safar menampilkan ciri khas illuminati viral di media sosial selama beberapa pekan terakhir. Di Twitter, misalnya, muncul video tentang penjelasan Rahmat Baequni yang mempersoalkan desain masjid yang terletak di Rest Area KM 88 B Jalan Tol Purbaleunyi arah Jakarta.
"Ini pintu masuknya dan lihat ini segitiga semua. Nyaris segitiga semua. Bahkan ketika masuk ke dalam, ini segitiga, satu mata. Maka, ketika kita salat, sebetulnya kita menghadap siapa, menghadap Allah atau segitiga satu mata?" kata pria itu dalam video itu.
Sebuah kiriman dibagikan oleh Ridwan Kamil (@ridwankamil) pada
Setelah tuduhan itu viral, Ridwan Kamil sempat mengunggah bantahan di Instagram pada 31 Mei lalu. Saat itu dia menyebut, "Saya tidak perlu marah terhadap tafsir, yang penting saya jelaskan bahwa jika Masjid Al Safar dikatakan sebagai implementasi dari simbol2 iluminati itu adalah kesimpulan KELIRU."
Melambangkan apa desain Masjid AlSafar?
Saat meresmikan masjid itu pada 19 Mei 2017, PT Jasa Marga menjabarkan konsep rancang bangun tempat ibadah seluas 1.411 m2 ini dengan rinci. Masjid yang dapat menampung sekitar 1.200 jemaah ini disebut "mengadaptasi bentuk topi adat (Iket Sunda)."
Dalam diskusi Senin (10/06), Ridwan Kamil menjelaskan, Masjid Al Safar dibangun dengan konsep tidak beraturan dengan tujuan agar menyatu dengan alam. Konsep tidak beraturan itu sarat dengan bentuk segitiga seperti lipatan dalam origami.
"Segitiga ini bisa memeluk bentuk apapun yang tidak teratur," kata Ridwan Kamil sebagaimana dilaporkan wartawan di Bandung, Julia Alazka untuk BBC News Indonesia.