Menurutnya, sebagai orang yang dijanjikan sesuatu jangan ragu untuk menagih janji yang sudah terucap. Hal itu merupakan wujud rasa sayang mengingatkan dan menyelamatkan seseorang yang sudah berjanji dari api neraka.
Allah berfirman,“Dan penuhilah janji, itu diminta pertanggungjawaban-Nya.” (Q.S Al-Isra:34)
Seringkali pula, kultur masyarakat Jawa yakni budaya ewuh pekewuh dibentengi dengan kalimat insya Allah. Makna kalimat itu menjadi bergeser yakni suatu kalimat untuk menyatakaan ketidakmampuan dengan halus. Ketika seseorang merasa tidak mampu memenuhi janjinya karena sungkan dengan yang dijanjikan maka mengucap insya Allah, padahal jelas-jelas ia merasa tidak mampu.
Menurut ustazah Pebri kalimat itu justru lebih mengikat karena membawa nama Allah. Kalimat insya Allah yang berati jika Allah menghendaki, bisa berarti akan meremehkan bantuan Allah yang sebenarnya telah menghendaki seseorang untuk menepati kalimat itu. Sedangkan kalimat insya Allah merupakan kalimat yang merupakan janji, hal itu karena seseorang tidak tahu apa yang ada di depan kita hendak menepati janjinya.
(Helmi Ade Saputra)