Bagi seorang Muslim, berbakti kepada orangtua hukumnya wajib. Berbakti kepada orangtua dapat dilakukan dengan cara antara lain selalu membantu beliau, tidak pernah membantah beliau selama nasihat beliau tidak menyimpang dari syariat, mendoakan beliau dan masih banyak lagi.
Salah satu yang dapat menjadi teladan atas rasa berbakti terhadap orangtua adalah Uwais Al Qarni. Berbaktinya Uwais kepada ibunya menurunkan keridhaan Allah SWT. Sehingga, Allah memperkenalkan Uwais kepada setiap penghuni langit.
Menurut seorang Dai Muda Nahdlatul 'Ulama, Ustadz Najmi Fathoni, Uwais Al Qarni adalah seorang Tabi'in, karena memang belum pernah bertemu Nabi Muhammad SAW, walaupun hidup di masa kerasulan Rasulullah SAW.
"Uwais baktinya luar biasa kepada sang ibu. Hidup di zaman Rasulullah, tapi tidak pernah jumpa dengan Rasulullah. Jadi masuk dalam golongan Tabi'in." Ungkap Ustadz Najmi.
"Walau begitu, Uwais mendapatkan tempat istimewa pada sang Rasul." Tambahnya.
Dilansir dari beberapa sumber pada Selasa, (16/7/2019), Uwais Al Qarni adalah seorang pemuda yatim yang berasal dari Yaman. Uwais memiliki penyakit sopak yang membuat kulitnya belang-belang. Walaupun cacat tapi ia adalah pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepada ibunya, seorang perempuan wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan. Yaitu permintaan ibunya untuk dapat mengerjakan haji.
Mendengar permintaan sang ibu, Uwais termenung. Perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh, melewati padang tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tidak punya kendaraan.
Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seekor anak lembu. Karena tidak mungkin pergi haji naik lembu, Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Orang-orang yang melihat perbuatannya bahkan menganggap ia gila.
Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik-turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar pula tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.
Setelah 8 bulan berlalu, sampailah pada musim haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kilogram, begitu juga otot Uwais yang makin kuat. Ia menjadi bertenaga untuk mengangkat barang. Ternyata maksud Uwais menggendong lembu setiap harinya karena berlatih untuk menggendong ibunya.
Uwais menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah. Alangkah besar cinta Uwais pada ibunya itu. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.
Uwais berjalan tegap menggendong ibunya wukuf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa.
Uwais memintakan ampunan bagi sang ibu kepada Allah SWT. Ibunya yang keheranan menanyakan bagaimana dengan dosa Uwais. Uwais dengan sabar menjawab bahwa dengan terampuninya dosa ibunya, maka ibu akan masuk surga. Maka cukuplah ridha dari ibunya yang akan membawa Uwais ke surga.
Karena keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta, Allah SWT pun memberikan karunia untuknya. Uwais seketika itu juga sembuh dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih di telapak tangannya. Hikmah dari bulatan yang disisakan tersebut adalah sebagai tanda untuk Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat Rasulullah untuk mengenali Uwais.
Beliau berdua sengaja mencari di sekitar Ka’bah karena Rasulullah berpesan, “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.”