Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sosok Uwais Al Qarni, Pemuda yang Tidak Dikenal di Bumi tapi Terkenal di Langit

Ayu Dita Rahmadhani , Jurnalis-Selasa, 16 Juli 2019 |15:03 WIB
Sosok Uwais Al Qarni, Pemuda yang Tidak Dikenal di Bumi tapi Terkenal di Langit
Kisah Uwais Al Qarni (Foto: Ilustrasi)
A
A
A

Bagi seorang Muslim, berbakti kepada orangtua hukumnya wajib. Berbakti kepada orangtua dapat dilakukan dengan cara antara lain selalu membantu beliau, tidak pernah membantah beliau selama nasihat beliau tidak menyimpang dari syariat, mendoakan beliau dan masih banyak lagi.

Salah satu yang dapat menjadi teladan atas rasa berbakti terhadap orangtua adalah Uwais Al Qarni. Berbaktinya Uwais kepada ibunya menurunkan keridhaan Allah SWT. Sehingga, Allah memperkenalkan Uwais kepada setiap penghuni langit.

Menurut seorang Dai Muda Nahdlatul 'Ulama, Ustadz Najmi Fathoni, Uwais Al Qarni adalah seorang Tabi'in, karena memang belum pernah bertemu Nabi Muhammad SAW, walaupun hidup di masa kerasulan Rasulullah SAW.

"Uwais baktinya luar biasa kepada sang ibu. Hidup di zaman Rasulullah, tapi tidak pernah jumpa dengan Rasulullah. Jadi masuk dalam golongan Tabi'in." Ungkap Ustadz Najmi.

"Walau begitu, Uwais mendapatkan tempat istimewa pada sang Rasul." Tambahnya.

Dilansir dari beberapa sumber pada Selasa, (16/7/2019), Uwais Al Qarni adalah seorang pemuda yatim yang berasal dari Yaman. Uwais memiliki penyakit sopak yang membuat kulitnya belang-belang. Walaupun cacat tapi ia adalah pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepada ibunya, seorang perempuan wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan. Yaitu permintaan ibunya untuk dapat mengerjakan haji.

Mendengar permintaan sang ibu, Uwais termenung. Perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh, melewati padang tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tidak punya kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seekor anak lembu. Karena tidak mungkin pergi haji naik lembu, Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Orang-orang yang melihat perbuatannya bahkan menganggap ia gila.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik-turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar pula tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah pada musim haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kilogram, begitu juga otot Uwais yang makin kuat. Ia menjadi bertenaga untuk mengangkat barang. Ternyata maksud Uwais menggendong lembu setiap harinya karena berlatih untuk menggendong ibunya.

Uwais menggendong Ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah. Alangkah besar cinta Uwais pada ibunya itu. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya wukuf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa.

Uwais memintakan ampunan bagi sang ibu kepada Allah SWT. Ibunya yang keheranan menanyakan bagaimana dengan dosa Uwais. Uwais dengan sabar menjawab bahwa dengan terampuninya dosa ibunya, maka ibu akan masuk surga. Maka cukuplah ridha dari ibunya yang akan membawa Uwais ke surga.

Karena keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta, Allah SWT pun memberikan karunia untuknya. Uwais seketika itu juga sembuh dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih di telapak tangannya. Hikmah dari bulatan yang disisakan tersebut adalah sebagai tanda untuk Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat Rasulullah untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari di sekitar Ka’bah karena Rasulullah berpesan, “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman.”

Uwais Al Qarni pergi ke Madinah

Suatu hari Uwais Al Qarni sengaja berkunjung ke kota Madinah karena ingin menemui Rasulullah. Setelah menempuh perjalanan jauh dan sesampainya di Madinah, segera ia mencari rumah Nabi Muhammad. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya.

Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada di rumahnya, karena sedang berada di medan perang. Uwais Al Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah r.a., istri Nabi. Uwais tidak dapat menyembunyikan rasa kecewanya. Ia datang dari jauh untuk berjumpa langsung dengan Nabi, tetapi Nabi tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais bergejolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terniang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “Engkau harus lepas pulang.”

Akhirnya, karena rasa taat kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah r.a., untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi. Setelah itu, Uwais pun segera berangkat pulang mengayunkan lengkahnya dengan perasaan amat sedih dan terharu.

Peperangan telah usai dan Nabi pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi menanyakan kepada Siti Aisyah r.a., tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi, Siti Aisyah r.a. dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah r.a. memang benar ada yang mencari Nabi dan segera pulang ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Nabi Muhammad melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al Qarni, penghuni langit itu, kepada sahabatnya, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah telapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi memandang kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khaththab seraya berkata, “Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khaththab. suatu ketika Khalifah Umar teringat akan sabda Nabi tentang Uwais Al Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir penggembala unta dan domba yang tak punya apa-apa.

Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang baru datang dari Yaman, segera Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib segera pergi menjumpai Uwais Al Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang salat. Setelah mengakhiri salatnya dengan salam, Uwais menjawab salam Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib sambil mendekati kedua sahabat Nabi tersebut dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah dengan segera membalikan telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan Nabi. Terlihat tanda putih di telapak tangan Uwais Al Qarni.

Wajah Uwais nampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi. Bahwa ia adalah penghuni langit. Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah”. Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Hal tersebut yang membuat Uwais baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. akhirnya Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib memohon agar Uwais membacakan doa dan Istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “Saya lah yang harus meminta do’a pada kalian”.

Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari Anda”.

Seperti dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena ketika Uwais Al Qarni Wafat

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al Qarni berpulang ke rahmatullah. Berita wafatnya Uwais menggemparkan penduduk Yaman. Uwais Al Qarni yang bukan siapa-siapa dan hanya fakir ang tidak dihiraukan orang, tapi saat hari kematiannya banyak orang yang tidak dikenal datang berebutan untuk mengurus jenazahnya. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.

Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al Qarni disebabkan permintaan Uwais Al Qarni sendiri kepada Khalifah Umar dan Ali bin Abi Thalib agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah di sabdakan oleh Nabi, bahwa Uwais Al Qarni adalah penghuni langit.

Begitulah kisah Uwais Al Qarni, sosok yang sangat berbakti kepada ibunya. Pemuda yang tidak dikenal di bumi, tetapi terkenal di langit.

(Renny Sundayani)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement