Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pesantren harus mengembangkan potensi dan berbenah mengikuti kemajuan teknologi digital seperti saat ini. Apalagi anak-anak sudah sangat dekat dengan digital, khususnya media sosial.
Pengurus Pusat Rabithah Maahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (PP RMI-NU) KH Abdul Ghafarrozin (Gus Rozin) mengatakan, jika dilihat fase pesantren dari masa ke masa, memang sepatutnya pondok pesantren semakin mengembangkan diri, terutama di zaman yang sudah sangat bergantung pada digital.
"Pesantren juga agar dapat menyesuaikan kepada para santri, yang sebelum masuk pesantren tadinya sudah kenal dengan digital. Itu tantangan," katanya pada Okezone saat ditemui di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kramat, Jakarta Pusat, kemarin.
Jika dulu, terang Gus Rozin, memang seorang guru atau kiai adalah sumber ilmu pengetahuan (agama) satu-satunya. Tapi kini, pengetahuan bisa diambil dari mana saja atau bisa dikatakan tidak murni mendapatkan ilmu dari kiainya.
"Nah, kalau sekarang santri itu kan tidak murni mendapatkan sesuatu dari kiainya. Tapi dia (santri) mendapatkan sumber yang lain, terutama sumber-sumber digital. Terus kemudian dia komunikasi dengan kiainya lebih pada komunikasi diskusi yang sifatnya dialogis," ujarnya.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran