Setelah utusan Rasulullah kembali ke Madinah al-Munawarah sambil membawa surat dari Raja al-Muqauqis dengan dua budak wanitanya Mariyah dan Sirin serta dua budak laki-laki ditambah dengan 1000 mitsqal emas, 20 helai pakaian indah buatan Mesir, 1 ekor bighal (hewan yang lahir perkawinan antara kuda dan keledai) yang gemuk dan madu Banha.
Rasulullah menyambut surat dan menerima hadiah, lalu Rasulullah menjadikan Mariyah sebagai budak beliau, dan memberikan Sirin kepada Hassan bin Tsabit, penyair Rasulullah.
Kecemburuan segera membakar hati para istri Rasulullah ketika berita kedatangan Mariyah terdengar dalam rumah tangga Nabi, terutama Sayyidah Aisyah. Musababnya, Rasulullah sudah memperistri Mariyah dan sering menghabiskan waktu bersamanya. Mariyah telah memeluk Islam, dia juga bersedia untuk berhijab sebagaimana ummahatul mukminim dan para wanita secara umum.
Rasulullah S.A.W menyadari apa yang terjadi antara Aisyah dan para istrinya yang cemburu kepada Mariyah, sehingga Mariyah dipindahkan ke al-Aliyah, sejauh 3 mill dari Madinah, di sanalah Mariyah menetap.
Suatu malam Mariyah menceritakan kepada Rasulullah bahwa ia telah mengandung. Beliau pun menerima kabar itu dengan memuji dan bersyukur kepada Allah. Berita tersebut langsung tersebar di Madinah dan semua menanti kabar gembira tersebut, namun para istri Nabi menyambut dengan sedih. Ketika perut mereka bersikap "kikir", perut Mariyah itu bersikap "pemurah".
Saat kabar bahagia datang, tersebar pula bisikan yang meragukan kesucian Mariyah. Para penebar fitnah tersebut berprasangka bahwa ada laki-laki Qibti yang datang bersama Mariyah dari Mesir di antara hadiah Raja al-Muqauqis. Laki-laki itu selalu datang kepada Mariyah untuk membawakan air dan kayu bakar.
Pembicaraan terus berkembang hingga menjadi kegaduhan. Menjadi kisah dusta baru yang disambut senang oleh para munafik. Mereka mengatakan,"keledai jantan telah menggauli keledai betina."
Alangkah buruknya para penebar keburukan itu. Mereka telah menikmati berita palsu, sebelumnya telah menuduh Sayyidah Aisyah dengan Shafwan, selanjutnya mereka menuduh Mariyah ibn Syam'un dengan seorang laki-laki impoten. Perlahan tapi pasti fitnah tersebut mereda karena tak terbukti.
Rasulullah bergegas menuju kediaman Mariyah. Beliau temukan Mariyah sedang menahan sakit karena hendak melahirkan. Dia terbaring ditemani saudarinya, Sirin. Mariyah berharap Rasulullah akan menemaninya hingga melahirkan, namun Rasulullah berpamitan hendak pulang dan kembali tinggal di Madinah senantiasa mendoakan kebaikan dan keselamatan baginya.
Rasulullah meminta Salma untuk pergi ke Aliyah, tempat Mariyah menetap, untuk tinggal dan mengasuh putranya. Salma mengerti bagaimana Rasulullah begitu mencintai cucu-cucunya, Hasan dan Husain serta semua anak-anaknya.
Abu Rafi menemui Rasullulah untuk mengabarkan kabar gembira bahwa Mariyah telah melahirkan seorang anak laki-laki. lalu Rasulullah menemui Mariyah dengan senyum di wajahnya. Setelah memuji Allah atas keselamatan Mariyah, beliau mendekati sang bayi dan menggendongnya dengan lembut.
Mendengar kabar gembira para Ummahatul Mukminin justru merasa dongkol. Melihat Mariyah karena didorong oleh rasa cemburu. Betapa tidak, Mariyah melahirkan bayi lelaki.
Masih ada sedikit keraguan dalam hati Rasulullah hingga datanglah Jibril dan berkata, "Assalamualaika ya Aba Ibrahim". Mendengar kalimat Jibril ini, hati Rasulullah menjadi tenang dan senang atas rahmat Allah dan penyucian nama baik Mariyah.
Tujuh hari setelah kelahiran putranya, Ibrahim, Rasulullah melaksanakan akikah dengan menyembelih kambing, mencukur rambut Ibrahim, dan bersedekah perak pada kaum miskin senilai berat timbangan rambut Ibrahim. Mereka mengambil rambut Ibrahim lalu menguburnya.