Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Corak Islam di Nusantara Diwarnai Kesejukan dan Kedamaian

Novie Fauziah , Jurnalis-Senin, 21 Oktober 2019 |11:18 WIB
Corak Islam di Nusantara Diwarnai Kesejukan dan Kedamaian
Islam di Nusantara yang penuh kedamaian dan toleransi (Foto: Screenshot Film The Santri)
A
A
A

Corak Islam di Indonesia berbeda dibandingkan dengan negara Islam pada umumnya. Terdapat nilai khas nusantara dalam Islam di Indonesia.

Siswa Mahad Aly Lirboyo, Luthfi Hakim mengatakan, corak Islam di Indonesia menunjukkan kesejukan dan kedamaian. Setidaknya bisa dilihat dari ekpresi kalangan mayoritas muslim di negeri ini sebagai mainstream bagi umat Islam.

 Ulama membedakan budaya Arab dengan ajaran Islam

"Kesejukan dan kedamaian ini telah berlangsung berabad-abad yang lampau hingga sekarang ini, dan tidak tertarik untuk mengikuti fenomena-fenomena tindakan radikal yang berasal dari Timur Tengah," ujar Luthfi.

Seperti dilansir dari website Pondok Pesantren Lirboyo, Luthfi menjelaskan, mayoritas muslim di negeri Jamrud Kathulistiwa ini justru berupaya menangkal tindakan-tindakan radikal dengan berbagai upaya. Berbagai media massa dan pemerintah berusaha keras menyadarkan para pengikut kelompok radikal kembali ke Islam yang bercorak Nusantara dan penuh kedamaian.

"Model pemikiran, pemahaman, dan pengamalan Islam yang damai sekarang telah membuahkan hasil yang patut dibanggakan. Dalam pandangan dunia luar, Islam Indonesia menunjukkan wajah yang menarik dan karakter yang memikat sebagai rahmatan li al-‘alamin, jauh dari radikalisme dan ekstremisme yang melanda dunia dewasa ini," katanya.

Bukan hanya umat Islam wilayah Timur yang mengagumi pendekatan keagamaan kita, Barat pun menunjuk Indonesia sebagai model alternatif bagi kerukunan antar umat beragama di permukaan bumi ini. Bila dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya, umat Islam Indonesia lebih menyukai pemahaman pluralis tentang agama daripada pandangan establishmentarian.

Melalui sejarah pengalaman yang panjang membangun kerukunan antar agama, antar suku dan antar budaya, Indonesia bisa menjadi contoh yang baik, bagi dunia Islam maupun dunia secara umum.

Indonesia diharapkan menjadi contoh sebuah Islam yang damai, terbuka, dan moderat. Jika harapan ini terealisir, Islam Indonesia akan menjadi antitesis terhadap citra Islam yang sempat dirusak oleh kelakuan segelintir orang yang memilih jalan kekerasan.

Sejatinya peran ulama dan nenek moyang kita yang mengajarkan kearifan Islam yang damai tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa Nabi Muhammad SAW berasal dari arab. Al Quran dan Al Hadits juga disusun dalam bahasa Arab. Agama Islam disebarkan pada generasi awalnya juga dengan bahasa arab.

Semua ritual ibadah wajib juga dilakukan dengan bahasa arab. Bacaan Al Quran, bacaan sholat, dan banyak lainnya tetap dipertahankan dengan bahasa arab, sesuai ketika diturunkannya. Jadi tidak mungkin umat Islam di Indonesia anti arab.

Namun ulama nusantara memisahkan antara ajaran Islam dengan budaya arab. Ajaran Islam inilah yang diambil ruhnya dan dijadikan tata inti dalam menjalankan syariat di nusantara.

Sedangkan bagian artifisial secara fisik adalah urusan pribadi masing-masing perorangan. "Jadi tidak menganut budaya arab bukan berarti anti Islam dan bertentangan dengan ajaran Islam."

Budaya barat telah mendunia mencengkeram segala generasi. Mau tidak mau kita semua bersinggungan secara intensif dengan dunia barat. Harus diakui ada budaya barat yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai budaya nusantara. Misalnya budaya materialis yang mengukur segala sesuatu dengan uang dan nilai kebendaan semata. Juga budaya hedonis yang mengagung-agungkan foya-foya berlebihan mengejar kepuasan duniawi sesaat.

Namun, dalam kenyataannya, ada nilai barat yang harus kita akui, misalnya semangat memecahkan dan menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi baru, kedisiplinan, dan kemandirian. Kita harus belajar banyak dari barat dalam hal ini. Dalam hal ini Gus Dur memberi arahan, “Ambil ilmu pengetahuan dan teknologinya, tolak ajarannya.” Kita juga mengenal istilah, “Think Global, Style Local.”

(Dyah Ratna Meta Novia)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement