SAYYIDAH Aisyah merupakan salah satu istri Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam yang dikenal dengan kesalihannya, sabar, bertakwa dan juga cerdas. Awal di saat menjadi istri Nabi saja ia sudah dapat menjadi pemimpin bagi perempuan lainnya. Namun Aisyah tetaplah manusia, sewajarnya seoarang perempuan ia juga memiliki sifat pecemburu.
Suatu hari Rasulullah usai pergi berperang, yakni mengakhiri pemberontakan kaum Yahudi yang terlaknat. Sepulangnya ia membawa seorang mantan tawanan perempuan dan akhirnya Nabi menikahinya sebagi bentuk memerdekakannya.
Perempuan itu adalah Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyai, ia seorang tawanan berdarah Yahudi yang bertakwa, bersih dan suci. Ialah wanita yang memiliki dua mata yang berkaca-kaca, kejernihan yang paling jernih.
Selain itu nasabnya sangatlah baik, yakni Shafiyah binti Huyai ibn Akhthab ibn Syu'bah ibn Tsa'labah ibn 'Ubaid ibn Ka'b ibn Abi Khubaib, keturunan bani Nadhir. Ia adalah anak cucu Lawi ibn Ya'qub dan dari keturunan Harun ibn Imran, saudara Nabi Musa alaihissalam.
Ketika Rasulullah membawa Shafiyah ke rumah seorang sahabat, Faritsah ibn an-Nu'man. Para wanita Anshar mulai berkumpul di sekitar kediaman Haritsah untuk melihat kecantikan Shafiyah dan di antara mereka yang keluar itu adalah Aisyah.
Rasulullah pun memperhatikan melihat Aisyah dan menunggunya sampai keluar. Ketika bertemu dengan Aisyah, Nabi memegang bajunya dan berbicara dengan nada bergurau. Sambil tersenyum, Nabi bertanya, "Apa yang engkau lihat wahai wanita berambut pirang?" Aisyah R.A. menjawab, "Aku melihat seorang wanita Yahudi." Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah engkau berkata demikian karena Shafiyah telah masuk Islam dan menjadi Muslimah yang baik."
Kemudian Aisyah kembali pulang. Ia tinggalkan Shafiyah lalu menemui para istri Rasulullah lainnya. Aisyah berjalan dengan penuh kecemburuan, hatinya jengkel karena melihat Shafiyah adalah wanita yang sangat cantik. Padahal Aisyah pun merupakan istri Nabi yang sangat baik. Pasalnya, ia pun mengakui akan kecantikan dan keelokan Shafiyah di hadapan para istri yang lain.
Sayyidah Shafiyah binti Huyai pun telah berpindah ke rumah Rasulullah untuk mengambil tempat di antara para istri Rasulullah lainnya. Shafuyah merupakan sosok yang sabar dan diam menjadi, itu ciri khas baginya karena Allah telah memberinya kemuliaan dengan hidup di bawah naungan suami yang paling mulia.
Selain itu, ketika ia mendengar sindiran Aisyah dan Hafshah yang mengatakan dengan suara keras bahwa dirinya adalah seorang wanita berdarah Yahudi yang di dalam urat nadinya mengalir darah Yahudi.