Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Saat Aisyah Cemburu ke Shafiyah, Istri Rasulullah yang Sangat Cantik dan Mulia

Novie Fauziah , Jurnalis-Selasa, 07 April 2020 |14:42 WIB
Saat Aisyah Cemburu ke Shafiyah, Istri Rasulullah yang Sangat Cantik dan Mulia
ilustrasi: pond5
A
A
A

SAYYIDAH Aisyah merupakan salah satu istri Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi Wasallam yang dikenal dengan kesalihannya, sabar, bertakwa dan juga cerdas. Awal di saat menjadi istri Nabi saja ia sudah dapat menjadi pemimpin bagi perempuan lainnya. Namun Aisyah tetaplah manusia, sewajarnya seoarang perempuan ia juga memiliki sifat pecemburu.

Suatu hari Rasulullah usai pergi berperang, yakni mengakhiri pemberontakan kaum Yahudi yang terlaknat. Sepulangnya ia membawa seorang mantan tawanan perempuan dan akhirnya Nabi menikahinya sebagi bentuk memerdekakannya.

Perempuan itu adalah Ummul Mukminin Shafiyah binti Huyai, ia seorang tawanan berdarah Yahudi yang bertakwa, bersih dan suci. Ialah wanita yang memiliki dua mata yang berkaca-kaca, kejernihan yang paling jernih.

Selain itu nasabnya sangatlah baik, yakni Shafiyah binti Huyai ibn Akhthab ibn Syu'bah ibn Tsa'labah ibn 'Ubaid ibn Ka'b ibn Abi Khubaib, keturunan bani Nadhir. Ia adalah anak cucu Lawi ibn Ya'qub dan dari keturunan Harun ibn Imran, saudara Nabi Musa alaihissalam.

Ketika Rasulullah membawa Shafiyah ke rumah seorang sahabat, Faritsah ibn an-Nu'man. Para wanita Anshar mulai berkumpul di sekitar kediaman Haritsah untuk melihat kecantikan Shafiyah dan di antara mereka yang keluar itu adalah Aisyah.

Rasulullah pun memperhatikan melihat Aisyah dan menunggunya sampai keluar. Ketika bertemu dengan Aisyah, Nabi memegang bajunya dan berbicara dengan nada bergurau. Sambil tersenyum, Nabi bertanya, "Apa yang engkau lihat wahai wanita berambut pirang?" Aisyah R.A. menjawab, "Aku melihat seorang wanita Yahudi." Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah engkau berkata demikian karena Shafiyah telah masuk Islam dan menjadi Muslimah yang baik."

Kemudian Aisyah kembali pulang. Ia tinggalkan Shafiyah lalu menemui para istri Rasulullah lainnya. Aisyah berjalan dengan penuh kecemburuan, hatinya jengkel karena melihat Shafiyah adalah wanita yang sangat cantik. Padahal Aisyah pun merupakan istri Nabi yang sangat baik. Pasalnya, ia pun mengakui akan kecantikan dan keelokan Shafiyah di hadapan para istri yang lain.

Sayyidah Shafiyah binti Huyai pun telah berpindah ke rumah Rasulullah untuk mengambil tempat di antara para istri Rasulullah lainnya. Shafuyah merupakan sosok yang sabar dan diam menjadi, itu ciri khas baginya karena Allah telah memberinya kemuliaan dengan hidup di bawah naungan suami yang paling mulia.

Selain itu, ketika ia mendengar sindiran Aisyah dan Hafshah yang mengatakan dengan suara keras bahwa dirinya adalah seorang wanita berdarah Yahudi yang di dalam urat nadinya mengalir darah Yahudi.

Mendengar semua itu Shafiyah pun duduk, menangis karena mendapatkan tekanan dari istri Rasulullah lainnya, salah satunya adalah Aisyah yang memang cemburu akan kehadirannya. Rasulullah bersabda:

"Katakanlah kepada mereka: 'Bagaimana kalian bisa lebih baik daripada aku sementara suamiku adalah Muhammad, ayahku adalah Harun, dan pamanku adalah Musa'."

Kata-kata Rasulullah tersebut menjadi penyejuk bagi Shafiyah. Kalimat yang mampu menghilangkan rasa tersiksa, dan semakin memupuk kesabarannya bagi mantan tawanan tersebut.

Sayyidah Shafiyah jadi salah satu yang menyaksikan wafatnya Rasulullah SAW, karena ia merupakan salah seorang Ummahatul Mukminin yang berkerumun di sekeliling alas tidur Rasulullah saat beliau sakit. Shafiyah berbicara kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, demi Allah aku ingin jika apa yang engkau alami ini menimpa diriku."

Para istri Rasulullah yang lain hanya memejamkan mata. Tidak ada yang membuat mereka bergetar selain sabda beliau : "Bertobatlah!" Mereka pun menjawab, "Dari apa, wahai Rasulullah?" Rasulullah bersabda, "Dari perbuatan kalian yang meremehkan Shafiyah. Demi Allah, ia telah berkata jujur."

Setelah Rasulullah wafat, Shafiyah duduk untuk beribadah, dan memahami situasi. Ia pun berusaha ikut andil dalam membangun masyarakat Islam, sementara itu berbagai provokasi tetap menghadangnya dari segala arah. Kecemburuan masih menghantui hati para wanita terhadap dirinya.

Diadaptasi dari buku berjudul 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam halaman 297-302, karya Dr. Bassam Muhammad Hamami.

(Fahmi Firdaus )

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita muslim lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement