Kisah kepemimpinan Umar bin Khattab sangat fenomenal. Sosok yang menjadi rujukan kepemimpinan ideal kaum muslim. Khalifah Umar merupakan salah satu di antara generasi terbaik sahabat Rasulullah SAW, pemimpin yang sangat terkenal dan disegani dalam sejarah peradaban Islam.
Sejarah mencatat perjalanan hidup sang legenda begitu indah dan penuh makna. Hingga pada setiap bulan Ramadhan tiba, film tentang kisah Umar menghiasi banyak media. Umar Bin Khattab adalah pemimpin kharismatis, memiliki keahlian administrasi, pemimpin politik dan panglima militer yang cerdas serta berani. Karakter yang sangat keukeuh dalam menegakkan kebenaran dan hak-hak rakyat, membuatnya dihargai dan disegani.
Sebelumnya, Umar bin khatab sangat memusuhi Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Gencar menghalangi dakwah, hingga sangat berniat untuk membunuh Nabi dan pengikut-pengikutnya. Dalam buku sejarah peradaban Islam, Dedi Supriyadi menyebutkan bahwa sebelum masuk Islam, Umar seringkali menyebar fitnah dan menuduh Nabi Muhammad sebagai penyair tukang tenung.
Kesungguhan Umar memusuhi Islam akhirnya sirna, mengurungkan niatnya untuk menghentikan dakwah Nabi. Pada suatu hari dengan sangat marah Umar berkeinginan untuk membunuh Rasulullah. Gelagatnya terlihat oleh penduduk mekkah yang merasa khawatir dengan tingkah Umar, bergegas berjalan dengan pedang terhunus ditangan. Tekadnya adalah mengakhiri penyebaran Islam oleh Muhammad dan pengikutnya.
Ternyata itulah hari awal derajatnya terangkat, Umar masuk Islam melalui perantara adik dan iparnya (Fatimah bin Khattab dan Sa’id bin Zaid) yang sudah duluan memeluk Islam. Tersebutlah doa sang Nabi yang pernah meminta kepada Allah Swt, agar salah satu dari dua orang berpengaruh luas di Kota Mekkah menjadi penguat barisan kaum muslim. "Ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abul-Hakam bin Hisyam atau dengan Umar bin Khattab. Doa tersebut disampaikan oleh Khabbab setelah melihat Umar yakin akan keesaan Allah dirumah saudarinya.
Umar masuk Islam
Ayat yang pertama dibacakan kala Umar masuk Islam adalah surat Thaha, seraya berkata sungguh indah dan mulia sekali kata-katanya. Umar terenyuh, suaranya merendah, padahal sebelumnya sempat melukai adik dan iparnya sebab mengikuti ajaran Muhammad. Umar akhirnya menemui Rasul, bersyahadat dan selanjutnya menjadi pengemban risalah Islam.
Masuk Islamnya Umar bin Khatab membuat gempar penduduk Mekkah, kaum musyrikin menjadi ketakutan dan merasa terpojok. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi menurut prasangka mereka. Umar terkenal kuat, tegas dan berbadan tinggi besar, hingga sangat ditakuti oleh kaumnya. Kaumnya menganggap Umar tak mungkin begitu mudahnya tunduk pada ajaran Islam. Begitulah, tatkala Allah memberi hidayah, Umar masuk Islam dan menjadi salah satu pemimpin terbaik kaum muslimin.
Keislaman Umar bin Khatthab benar-benar membawa perubahan besar bagi penduduk Kota Makkah. Perubahan terutama berkenaan dengan kemudahan secara leluasa beribadah di dekat Kabah. Kehadiran Umar menjadi pengokoh barisan Rasul, tambahan semangat untuk perjuangan pergerakan Islam.
Sejak masuk Islam, kepribadiannya bertolak belakang dari keadaan sebelumnya, berubah menjadi sosok yang gigih dan setia dalam membela agama Islam. Termasuk sahabat terkemuka dan paling dekat dengan Nabi Muhammad Saw.
Kepemimpinan khalifah Umar menjadi salah satu rujukan bagaimana tindak-tanduk seorang pemimpin, dintara kepemimpinan para khalifah lainnya (Khulafaur Rasyidin). Sederhana, namun berwibawa. Menerapkan aturan Islam dengan tegas, tetapi juga dikenal sangat mencintai rakyatnya. Tak lena tidurnya, selalu memikirkan nasib rakyat. Meronda ditengah malam buta, memastikan jangan ada rakyat yang menderita sebab tak ada makanan. Umar seringkali memanggul sendiri karung gandum yang diambil dari gudang Bait al-Mal untuk diberikan kepada rakyatnya.
Kepemimpinan Umar selalu dikenang dan tak akan pernah ada yang menyamainya sampai kini. Pantas saja, khalifah Umar menjadi salah satu dari sepuluh manusia Istimewa yang dijamin masuk surga, termasuk juga khalifah Abu Bakar As Shidiq, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Jaminan tersebut adalah bisyarah dari Rasulullah, garansi sangat berharga yang tak terganti oleh dunia dan seisinya.
Kualitas Pemimpin
Sejak Rasulullah wafat, kepemimpinan kaum muslim beralih kepada Abu Bakar As shidiq, Khalifah pertama kaum muslimin. Saat suksesi, Abu Bakar yang rendah hati mempersilahkan para sahabatnya menjadi khalifah untuk melanjutkan estafet kepemimpinan. Abu Bakar mengajukan dua calon khalifah yaitu Abu Ubaidah bin Zahrah dan Umar bin Khattab, namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut. Justru yang terjadi adalah pembaiatan Abu bakar As shidiq oleh Umar bin Khattab yang diikuti oleh Abu Ubaidah.
Berkaca pada kisah khulafaur Rasyidin, suksesi dalam ajaran Islam sangat jauh dari berbagai intrik, bahkan cenderung menolak. Akan tetapi ketika amanah diberikan dan diemban, maka tidak disia-siakan. Rakyat yang utama sedangkan diri pribadinya yang kedua.
Prioritas sang Umar terhadap rakyat tampak saat Negara dalam kondisi krisis melanda, sembilan bulan musim paceklik melanda jazirah arab, kekeringan panjang yang menewaskan ribuan manusia dan hewan ternak. Pada masa krisis beliau mengarahkan sumber pendapatan dari Baitul Mal untuk membantu orang-orang yang terdampak dan memberikan mereka makanan dan harta dari Baitul Mal hingga habis.
Hari-hari Umar selalu keliling mengunjungi rakyatnya. Bukan sekedar plesiran atau istilah kata mengambil foto kamera dari sudut yang pas, sang khalifah jauh dari gaya pencitraan murahan itu. Meski saat itu belum ada kamera, tapi apa yang dlakukan murni untuk meringankan beban rakyat dan mengharap ridhaNya.
Simaklah bagaimana pernyataan Umar kepada perutnya yang keroncongan sebab lapar, "Hai, perut, walau engkau terus meronta-ronta, keroncongan, saya tetap tidak akan menyumpalmu dengan daging dan mentega sampai umat Muhammad merasa kenyang". Sang khalifah mencukupkan roti dan minyak sebagai makanannya. Khalifah Umar menunjukkan kualitas sejatinya sebagai pemimpin.
Disamping sangat mencintai rakyatnya, khalifah Umar juga berperilaku sederhana. Jauh dari kata mewah. Bahkan Hormuzan, salah satu panglima perang dari persia sangat heran dengan penampilan sederhana pemimpin Negeri yang menaklukkan banyak bangsa, termasuk persia.
Pemimpin kaum muslim yang kala itu tidur berbaring di bawah pohon kurma. Tak ada Voorijder, pengamanan dan penjagaan. Keberadaanya mudah diakses atau ditemui oleh rakyat yang mengadu berbagai keluh kesah. Rakyat tidak pulang dengan tangan hampa, mendapat keputusan yang jelas untuk setiap persoalan yang diadukannya.
Kita tentu berharap agar para pemimpin saat ini meneladani Kepemimpinan Umar bin Khattab yang berani dan tegas. Tidak rela melihat rakyatnya mati kelaparan sebab tak ada makanan. Sedih dan menderita bila rakyatnya miskin tanpa pekerjaan. Menghadirkan keadilan bagi seluruh rakyat, bukan karena kasta, faktor kedekatan dan strata sosial lainnya. Kehadiran pemimpin yang peduli terhadap nasib rakyat ini sangat dinantikan.
Oleh : Dahrum, M. Pd
Penulis bekerja sebagai Dosen pada Universitas Malikussaleh-Lhokseumawe
(Muhammad Saifullah )