Sahabat yang dimuliakan Allah. Keadaan diri manusia kerapkali tidak stabil. Terkadang senang, sedih, bahagia, kecewa, marah, dan lain sebagainya.
Ini semua bisa disebabkan berbagai hal. Kecewa, sedih dan marah datang karena sering kali kita terlalu banyak berharap kepada manusia. Padahal, manusia bukanlah tempat untuk menggantungkan harapan. Manusia penuh dengan kekurangan.
Alkisah Nabi Yunus kecewa dan marah kepada kaumnya. Ia lalu pergi dari rumahnya, dari kaumnya. Ia lalu naik kapal yang penuh dengan muatan. Di tengah laut diadakan undian untuk pengurangan muatan. Nabi Yunus pun terundi untuk dilempar ke tengah lautan dan ditelan ikan yang besar. (QS. Ash-Shaaffaat 37:139-142).
(Baca Juga : 4 Nabi yang Dipercayai Masih Hidup Sampai saat Ini)
Kekecewaan dan kemarahan Nabi Yunus itu berujung dalam kegelapan. Gelap yang teramat gelap. Di dalam perut ikan yang gelap, di tengah lautan yang gelap dan di tengah malam yang gelap. Tak ada cahaya sedikit pun. Maknanya adalah, jika kita mudah kecewa dan mudah marah, kita mudah juga masuk ke dalam ruang penuh kegelapan. Ruang tanpa cahaya.
Padahal manusia membutuhkan cahaya. Manusia membutuhkan penerang dalam hidupnya. Mata kita tidak bisa berfungsi jika berada dalam kegelapan. Begitu pun dengan hidup kita, jika kita hidup dalam kegelapan. Kita tidak akan bisa berbuat apa-apa. Tidak terbayang jika waktu kita selalu malam, selalu gelap.
(Baca Juga : Kisah Nabi Musa Mencari Obat Sakit Perut dan Teguran Allah)
Suasana super gelap inilah yang akhirnya menyadarkan Nabi Yunus. Dan tercatat dalam Alquran.“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim,’” (QS. Al Anbiyaa' 21:87).
Kesadaran Nabi Yunus ini membuka kesulitan menjadi kemudahan. Ia sadar bahwa ia telah berbuat zalim. Lalu ia bertahlil dan bertasbih. Allah mengatakan dalam Alquran bahwa, “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit,” (QS. Ash-Shaaffaat 37:143-144).
Jika kita kecewa dan marah terhadap manusia atau terhadap keadaan, atau terhadap apapun, jangan pernah kita lari dan menjauh dari kasih sayang Allah. Jangan pernah kita melupakan Allah. Sebab pintu maaf dan pintu ampunan selalu terbuka bagi siapa saja yang mau mendekat kepada Allah. Yang selalu siap menerima hamba-Nya, ketika hamba itu bersujud dan bersimpuh.
Dengarkan Murrotal Al-Qur'an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran