LEBIH 10.000 pekerja pabrik garmen di Bangladesh menghabiskan hari terakhir Ramadhan bahkan hingga Idul Fitri dengan kondisi memprihatinkan. Mereka dibiarkan tanpa gaji dan THR menjelang perayaan Idul Fitri beberapa hari lalu.
Asosiasi Produsen dan Eksportir Garmen Bangladesh (BGMEA) melaporkan, sebanyak 60 pabrik tidak membayar pekerja mereka sebelum liburan Idul Fitri sementara 478 telah ditutup selama dua bulan terakhir setelah pesanan senilai lebih dari 3,15 miliar dolar dibatalkan dan pembayaran dihentikan.
Baca juga: Kisah Umat Katolik Bantu Pesantren di Tengah Wabah Corona
Sejak wabah Covid19, industri tekstil di negara itu telah menerima pukulan telak terhadap ekspornya karena banyak pengecer barat menahan pembayaran untuk pesanan yang telah ditempatkan atau dikirim. Pada bulan Maret lalu, pemerintah Bangladesh mengumumkan paket stimulus sebesar USD600 juta sebagai pengganti gaji dan bonus untuk para pekerja garmen.
“Sebagian besar pabrik kami telah membayar gaji dan bonus kepada pekerja sebelum Idul Fitri. Namun, sedikit yang tidak bisa menghapus pembayaran karena mereka telah kehilangan semua perintah kerja dan menghadapi krisis keuangan yang ekstrem," terang Wakil Presiden BGMEA, Arshad Jamal Dipu, dilansir dari Arab News, Selasa (26/5/2020).
“Pabrik-pabrik yang tidak mampu membayar pekerjanya adalah yang tidak memenuhi syarat untuk mengajukan paket stimulus pemerintah. Ini terutama pabrik kecil dan menengah yang bekerja sebagai subkontraktor untuk pabrik besar," imbuhnya.
Sementara, Nazma Akter, presiden federasi gabungan pekerja garmen, mengatakan organisasinya memiliki informasi sekitar 20.000 pekerja pabrik yang tidak dibayar sebelum lebaran.
Baca juga: Habib Luthfi Zakat 230 Ton Beras untuk Fakir Miskin
“Kami akan duduk bersama dengan pemilik pabrik serta para pemimpin BGMEA segera setelah liburan Idul Fitri. Pekerja pabrik kami harus dibayar segera karena mereka termasuk dalam kelompok masyarakat yang terpinggirkan,” kata Akter.